Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/01/2023, 10:00 WIB
The Conversation,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Mengapa pelangi tidak memiliki warna seperti hitam, coklat, dan abu-abu? - Ivy, umur empat, Kent, Inggris

Oleh: James Rawlings

BANYAK dari kita pernah melihat pelangi di langit saat matahari mulai kembali bersinar setelah hujan. Untuk melihat pelangi, kondisinya harus tepat.

Kita membutuhkan tetesan air di udara –seperti hujan atau bahkan kabut – dan Matahari di belakang kita dan cukup bersinar rendah ke tanah. Ini karena pelangi tercipta karena adanya cahaya yang melewati tetesan air.

Baca juga: Bagaimana Proses Pelangi Terjadi dan Penjelasannya Menurut Sains

Cahaya yang berasal dari matahari terlihat putih bagi kita. Akan tetapi, cahaya putih yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya terdiri dari campuran warna yang berbeda. Saat cahaya melewati rintik hujan, warna-warna ini dapat terpisah.

Gelombang cahaya

Kita tidak akan mengetahuinya untuk melihatnya, tetapi cahaya bergerak dalam gelombang, seperti gelombang yang bergerak melintasi lautan. Setiap warna dalam pelangi memiliki apa yang kita sebut “panjang gelombang” yang berbeda.

Ini berarti jarak antara puncak gelombang memiliki panjang yang berbeda untuk setiap warna. Warna-warna ini, dari ungu dengan panjang gelombang terpendek hingga merah dengan terpanjang, disebut “spektrum kasatmata.”

panjang gelombang warnaShutterstock/ Net Vector panjang gelombang warna

Kita mungkin sering menggambar tetesan hujan dengan bentuk air mata, tetapi sebenarnya tetesan hujan lebih terlihat seperti bola kecil. Saat cahaya mengenai salah satu bola kecil air ini, cahaya dapat berubah arah. Ini disebut “refraksi.”

Setiap panjang gelombang yang berbeda dibiaskan dengan jumlah yang sedikit berbeda. Jika cahaya mengenai tetesan hujan pada sudut yang tepat, pembiasan akan memisahkan panjang gelombang menjadi warna yang berbeda.

Baca juga: Apa yang Menyebabkan Fenomena Pelangi Kembar?

 

Karena banyak cahaya dibiaskan melalui banyak tetesan air hujan, kita melihat warna-warna ini sebagai pelangi di langit. Urutan warna yang masuk ditentukan oleh berapa panjang panjang gelombangnya.

Terbentuknya pelangiShutterstock/Fouad A. Saad Terbentuknya pelangi

Ketika kita belajar mengenai pelangi, kita diajarkan bahwa ada tujuh warna: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Namun, ini tidak sepenuhnya benar.

Warna-warna dalam pelangi

Warna-warna yang berbeda akan berbaur satu sama lain, dan sulit untuk mengetahui di mana satu warna berakhir dan warna lainnya dimulai. Ada warna lain di antara warna-warna ini, di mana mereka bercampur – seperti warna pirus antara biru dan hijau.

Karena biru dan hijau bersebelahan dalam spektrum warna, kita dapat melihat warna pirus di mana warna biru dan hijau berbaur satu sama lain. Namun, beberapa warna adalah campuran warna yang tidak bersebelahan dalam spektrum.

Baca juga: Mengapa Pelangi Memiliki 7 Warna?

Warna cokelat, misalnya, adalah campuran merah dan hijau. Namun, pita merah dan hijau di pelangi tidak bersebelahan, jadi kita tidak melihat mereka bercampur menjadi cokelat. Hal yang sama berlaku untuk banyak warna lain yang merupakan campuran – jika pita warna pada pelangi tidak tumpang tindih, maka mereka tidak dapat bercampur.

Spektrum kasatmataShutterstock/VectorPlotnikoff Spektrum kasatmata

Akan tetapi, ada dua warna yang tidak akan pernah kita lihat di pelangi, yaitu hitam dan putih. Hitam adalah ketidakhadiran warna. Inilah yang kita lihat saat tidak ada cahaya sama sekali.

Di sisi lain, putih adalah kombinasi dari semua warna yang menjadi satu.

Baca juga: Apakah Pelangi Memiliki Ujung?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com