Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Stres Bisa Menyebabkan Rambut Beruban?

Kompas.com - 13/01/2023, 14:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Selain karena bertambahnya usia, stres juga diyakini dapat menyebabkan rambut beruban. Ini adalah suatu kepercayaan populer di tengah masyarakat. 

Melansir Harvard Health Publishing, saat rambut beruban, berarti tidak ada lagi warna rambut (pigmen) dan rambut tanpa pigmen telah tumbuh. 

Ketika cukup banyak rambut yang tidak berpigmen tumbuh, perubahannya akan semakin terlihat dan rambut tampak semakin beruban. Biasanya, ini terjadi karena sel penghasil pigmen di dalam folikel rambut menghasilkan lebih sedikit warna dari waktu ke waktu. 

Stres sebabkan rambut beruban

Para peneliti telah menganalisis apakah stres benar-benar dapat menyebabkan rambut beruban, dan jika ya, bagaimana caranya. 

Baca juga: Benarkah Makan Terlalu Cepat Bisa Bikin Gemuk?

Adapun studi mengenai hal ini telah diterbitkan di Nature pada 22 Januari 2020 lalu.

Tim peneliti, yang dipimpin oleh Dr. Ya-Chieh Hsu dari Harvard University, menggunakan tikus untuk memeriksa stres dan rambut beruban. 

Melansir National Institutes of Health, tikus-tikus tersebut terpapar tiga jenis stres yang melibatkan nyeri ringan jangka pendek, stres psikologis, dan gerakan terbatas. Semua menyebabkan hilangnya sel induk melanosit dan rambut beruban.

Setelah menetapkan hubungan antara stres dan uban, para ilmuwan kemudian mengeksplorasi beberapa penyebab potensial.

Baca juga: Benarkah Wanita Menyusui Tidak Boleh Makan Makanan Pedas?

Mereka pertama kali menguji apakah serangan kekebalan mungkin bertanggung jawab untuk menipiskan sel induk melanosit.

Tetapi, tikus yang stres dengan sistem kekebalan yang lemah masih mengalami rambut beruban.

Tim kemudian menyelidiki peran hormon stres kortikosteron, tetapi mengubah levelnya tidak memengaruhi munculnya uban yang terkait stres.

Para peneliti akhirnya beralih ke neurotransmitter noradrenalin, yang bersama dengan kortikosteron, meningkat pada tikus yang stres. Mereka menemukan bahwa noradrenalin, juga dikenal sebagai norepinefrin, adalah kunci penyebab rambut beruban akibat stres. 

Dengan menyuntikkan noradrenalin di bawah kulit tikus yang tidak mengalami stres, para peneliti mencatat hilangnya sel induk melanosit dan rambut beruban.

Baca juga: Benarkah Tidak Sarapan Bikin Berat Badan Naik?

Noradrenalin diproduksi sebagian besar oleh kelenjar adrenal. Namun, tikus tanpa kelenjar adrenal masih mengalami rambut beruban terkait stres.

Noradrenalin juga merupakan neurotransmitter utama dari sistem saraf simpatik, yang bertanggung jawab atas reaksi "fight or flight" sebagai respons terhadap stres.

Tim peneliti akhirnya menemukan bahwa pensinyalan dari sistem saraf simpatik memainkan peran penting dalam uban yang disebabkan oleh stres. 

Saraf simpatik meluas ke setiap folikel rambut dan melepaskan noradrenalin sebagai respons terhadap stres. 

Biasanya, sel induk melanosit di folikel tidak aktif sampai rambut baru tumbuh. Noradrenalin inilah yang menyebabkan sel punca aktif.

Baca juga: Benarkah Ada Cinta pada Pandangan Pertama? Sains Beri Jawaban

Dengan menggunakan label florescent, para peneliti mengamati sel punca berubah menjadi melanosit dan pindah menjauh dari cadangannya di folikel rambut.

Tanpa sel induk yang tersisa, tidak ada sel pigmen baru yang dapat dibuat dan setiap rambut baru menjadi abu-abu, lalu putih. 

Meski demikian, para peneliti menyoroti kebutuhan untuk mempelajari lebih lanjut tentang interaksi antara sistem saraf dan sel punca di berbagai jaringan dan organ. 

Pengetahuan yang diperoleh dalam studi ini akan berguna dalam penyelidikan di masa depan tentang dampak stres pada tubuh dan pengembangan intervensi baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com