Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/12/2022, 09:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Bangunan piramida Mesir tersusun atas struktur bangunan yang terdiri dari balok-balok batu berukuran sangat besar. Akan tetapi, bagaimana cara orang Mesir kuno memindahkan batu-batu tersebut untuk membangun piramida?

Piramida Mesir, seperti yang kita ketahui saat ini, telah menjadi salah satu bangunan masif yang pernah dibangun oleh peradaban kuno.

Menariknya, struktur bangunan piramida yang terdiri dari balok-balok batu besar hingga kini masih mengundang pertanyaan bagi ahli, kira-kira bagaimana orang-orang kala itu membangunnya.

Sebab, di masa itu tentu saja teknologi masih sangat minim jika dibandingkan saat ini.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Physical Review Letters, berhasil mengurai pertanyaan tersebut, tentang bagaimana orang-orang Mesir kuno memindahkan batu-batu besar dalam pembangunan piramida.

Baca juga: Bagaimana Orang Mesir Kuno Membangun Piramida?

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa orang Mesir kuno yang membangun piramida kemungkinan mampu memindahkan balok batu besar melintasi padang pasir dengan cara membasahi pasir di depan alat yang dibuat untuk menarik balok tersebut.

Dengan cara tersebut, peneliti menyebut akan mengurangi gesekan pada kereta untuk mengangkut batu, membuatnya lebih mudah dioperasikan.

Temun ini membantu menjawab salah satu misteri sejarah yakni bagaimana orang Mesir mampu menyelesaikan tugas yang tampaknya mustahil untuk membagun sebuah piramida.

Dikutip dari Live Science, Selasa (20/12/2022) untuk menghasilkan kesimpulan ini peneliti mencari petunjuk dari orang Mesir kuno sendiri.

Sebuah lukisan dinding yang ditemukan di makam kuno Djehutihotep yang berasal dari sekitar tahun 1900 SM, menunjukkan bagaimana orang Mesir kuno memindahkan batu-batu besar untuk membangun piramida.

Baca juga: Temuan 18.000 Catatan Orang Mesir Kuno, Berisi Dokumentasi Kehidupan Sehari-hari

Piramida Khafre yang dibangun sebagai makam Firaun pada masa Khafra, tahun 2558-2532 SM.Wikimedia Commons/Kallerna Piramida Khafre yang dibangun sebagai makam Firaun pada masa Khafra, tahun 2558-2532 SM.

 

Lukisan itu menggambarkan 171 pria sedang mengangkut sebuah patung besar menggunakan tali yang diikatkan pada kereta.

Daniel Boon, profesor fisika dari University of Amsterdam menyebut dalam gambar terlihat seorang berdiri di bagian depan kereta, menuangkan air ke atas pasir. Para ahli Mesir sebelumnya, menganggap hal itu murni tindakan seremonial.

Bonn kemudian melakukan eksperimen dengan membuat kereta luncur mini dan bereksperimen dengan menarik benda berat melalui pasir.

Saat para peneliti menyeret kereta di atas pasir kering, mereka melihat gumpalan akan menumpuk di depan alat tersebut, sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga untuk menariknya.

Sementara menambahkan air ke pasir mengurangi kekakuannya dan kereta luncur dapat bergerak lebih mudah saat melintasi permukaan.

Baca juga: Mumifikasi Mesir Kuno Tak Dimaksudkan untuk Mengawetkan Tubuh

 

Peneliti menilai tetesan air menciptakan jembatan di antara butiran pasir yang membantu saling menempel.

Ini juga alasan yang sama mengapa menggunakan pasir basah untuk membuat istana pasir lebih mudah daripada menggunakan pasir kering.

Namun, orang Mesir kuno juga harus menyeimbangkan komposisi air. Sebab, jika pasir terlalu basah juga tidak akan membuat kereta bergerak dengan mudah.

Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pula pada jenis pasirnya. Tambahan air biasanya antara 2 hingga 5 persen dari volume pasir.

"Ternyata membasahi pasir gurun Mesir dapat mengurangi gesekan cukup banyak yang berarti Anda hanya membutuhkan setengah pekerja untuk menarik kereta di pasir basah dibandingkan dengan pasir kering," ungkap Bonn.

Baca juga: Rahasia Makam Mesir Kuno Terungkap Lewat Bau Kuno dari Guci Berusia 3400 Tahun

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com