Letusan Gunung Berapi Mauna Loa Hawaii Terus Mereda

KOMPAS.com - Setelah diam selama 38 tahun, pada 27 November lalu, Gunung Berapi Mauna Loa di Pulau Besar Hawaii, dilaporkan meletus. Letusan gunung api tersebut menyebabkan lava atau lahar mengalir ke daratan.

Namun, para ilmuwan mengabarkan bahwa letusan gunung berapi aktif terbesar di dunia ini perlahan terus mereda.

Dikutip dari Phys, Senin (12/12/2022), para ilmuwan mengatakan bahwa letusan gunung berapi Mauna Loa di Pulau Besar Hawai terus mereka.

Laporan ini memperkuat pernyataan sebelumnya bahwa gejolak pertama gunung api tersebut dalam hampir 40 tahun akan segera berakhir.

Hal itu disampaikan Ken Hon, ilmuwan dari U.S. Geological Survey (USGS) di Observatorium Gunung Api Hawaii.

"Letusan masih pada tingkat yang sangat rendah pada saat ini," kata Hon.

Baca juga: Mengenal Gunung Berapi Meletus Tipe Hawaii Seperti Mauna Loa

Lebih lanjut Hon menjelaskan bahwa letusan Gunung Berapi Mauna Loa ini terkandung seluruhnya di dalam cinder cone gunung api.

USGS mengungkapkan bahwa sejumlah kecil cahaya tetap terlihat pada malam hari melalui lubang di kerucut, tetapi saluran di bawah lubang tersebut tampak terkuras dari lahar.

Mereka juga menambahkan bahwa pada bagian depan aliran lahar yang tidak aktif mungkin beringsut ke utara dengan sangat lambat karena terus mengalami pengendapan.

Hon mengatakan, letusan gunung api Mauna Loa ini tampaknya menurun, sementara aktivitas vulkanik di Gunung api Kilauea yang berada di dekatnya juga telah mencapai 'jeda penuh', dengan danau lava yang stagnan dan mengeras.

Gunung berapi aktif terbesar di dunia, Mauna Loa di Pulai Besar Hawaii ini memuntahkan batuan cair pada 27 November lalu.

Lava merah dari letusan Gunung Berapi Mauna Loa, yang mengalir terang menyebabkan langit Hawaii menjadi merah, dan pijar lava ini menjadi tontonan menarik, serta membuat gelisah banyak orang yang pernah hidup dengan bayang-bayang letusan masa lalu.

Baca juga: Gunung Mauna Loa Hawai Meletus, Kenapa Gunung Berapi Bisa Meletus?