Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/12/2022, 11:00 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabar menggembirakan datang dari dunia kesehatan. Dalam sebuah uji coba awal pada manusia, kandidat vaksin HIV baru menunjukkan hasil yang positif.

Tahap tersebut merupakan uji coba fase 1 yang menguji vaksin terbuat dari versi rekayasa protein yang ada pada virus HIV. Vaksin eksperimental baru itu kemudian mampu memicu komponen penting dari tanggapan kekebalan manusia pada 97 persen penerima vaksin.

Mengutip Science Alert, Jumat (2/12/2022) sebanyak 48 peserta menerima kandidat vaksin atau plasebo. Kemudian 35 dari 36 perserta yang diberi kandidat vaksin menunjukkan aktivasi sel B perkursor antibodi penawar luas yang dapat menghasilkan langkah pertama menuju kekebalan.

Baca juga: Apakah Ibu Hamil Bisa Menularkan HIV pada Bayinya? Dokter Jelaskan

Dan dalam uji coba fase 1 ini, tak ada yang melaporkan efek samping yang serius. Efek samping seperti nyeri di tempat suntikan atau sakit kepala ringan hingga sedang, hilang dalam satu hingga dua hari.

Secara teoritis, inti dari teknik ini pada dasarnya adalah untuk melatih sistem kekebalan untuk mengenali beragam subtipe HIV.

Ilustrasi vaksin
freepik Ilustrasi vaksin

Kandidat vaksin baru ini terdiri dari rangkaian suntikan ganda yang masing-masing menggunakan partikel HIV berbeda. Partikel ini dirancang agar tubuh siap menghasilkan antibodi penawar secara luas yang dianggap penting untuk menciptakan kekebalan terhadap HIV dan mengenali sebagian besar subtipe HIV.

Saat suntikan dilakukan, molekul semakin dekat dengan virus HIV yang sebenarnya sampai antibodi yang dihasilkan dapat mengikat berbagai jenis HIV.

Hasil dari uji coba ini dipublikasikan dalam jurnal Science, Kamis (1/12/2022) bertepatan dengan hari AIDS sedunia.

Baca juga: Pasien HIV Bisa Hidup dengan Normal, Mitos atau Fakta?

Para peneliti sendiri telah mencoba membuat vaksin HIV selama hampir 40 tahun.

HIV terkenal sulit untuk divaksinasi karena kencenderungannya untuk bermutasi. Denga berevolusi dan berubah dengan cepat, HIV dapat menghindari sistem kekebalan dengan membuat dirinya lebih sulit dikenali.

Mengetahui gejala hiv pada anak-anak Mengetahui gejala hiv pada anak-anak

Selain itu, hampir tak ada seorang pun, kecuali beberapa kasus saja yang sembuh dari infeksi HIV. Itu berarti kita tak tahu jenis sel kekebalan apa dalam tubuh yang benar-benar melindungi dari infeksi.

Sementara itu William Schief, salah satu penulis studi dan profesor di departemen imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research mengungkapkan juga tengah bekerja sama dengan raksasa biotek Modern untuk mengembangkan dan menguji vaksin HIV lainnya.

Baca juga: Pasien HIV Bisa Hidup dengan Normal, Mitos atau Fakta?

Alih-alih menggunakan model berbasis protein, vaksin yang dikembangkan ini mengirimlan partikel HIV yang melatih kekebalan melalui mRNA.

Tak ada jaminan bahwa vaksin tersebut berhasil. Namun jika sukses, teknik bisa digunakan untuk membuat vaksin lain, seperti vaksin universal virus corona atau flu.

"Kami optimis ada kemungkinan bahwa pendekatan ini dapat membantu lebih dari sekedar HIV. Tapi jika hanya membantu HIV saja, itu sudah sangat berarti," kata Schief.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com