Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sifilis Rusak Wajah Wanita pada 500 Tahun Lalu, Ini Penampakannya

Kompas.com - 01/12/2022, 20:01 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Seorang wanita muda yang hidup di Islandia sekitar 500 tahun yang lalu, memiliki wajah dipenuhi luka. Wajahnya rusak yang diduga diakibatkan oleh penyakit sifilis

Cedera itu mengisyaratkan kemungkinan wanita itu menderita sifilis tersier, infeksi stadium akhir yang seringkali dapat menyebabkan kematian.

Kasus infeksi menular seksualnya begitu parah, hingga berabad-abad kemudian, tengkoraknya tetap penuh dengan lesi atau luka sifilis

Sekarang, dengan bantuan teknologi peneliti membuat perkiraan wajah wanita tersebut.

Dikutip dari Live Science, Kamis (1/12/2022), tak banyak yang diketahui tentang identitas wanita tersebut, namun saat meninggal kira-kira ia berusia 25 hingga 30 tahun.

 

Baca juga: Penyakit Sifilis, Diagnosis, Pengobatan, dan Infeksi Ulang

Tubuh wanita dengan wajah penuh luka karena sifilis ini digali dari pemakaman di biara Skriduklaustur di Islandia sekitar satu dekade lalu.

Selain menderita sifilis, menurut analisis model 3D, kerangkanya mengungkapkan bahwa ia menderita osteoartritis dan hipoplasia enamel gigi, cacat gigi yang disebabkan oleh malnutrisi di masa kanak-kanak.

Cicero Moraes, seorang ahli grafis Brasil dan salah satu penulis studi mengaku terkejut dengan lesi yang menandai tengkorak wanita Islandia ini dan menyadari bahwa ia sedang melihat subyek studi berikutnya.

"Sungguh memprihatinkan melihat wajah yang terlihat seperti itu, kehilangan sebagian strukturnya dan sangat parah hingga cedera mencapai tulang," kata Moraes.

Sifilis rusak wajah wanita tersebut dengan sangat parah. Meski rahang bawah tengkorak itu hilang, dalam  rekonstruksi wanita terkena sifilis tersebut, Moraes menggunakan model 3D sebagai panduan untuk membantu menciptakan lengkungan wajah yang meninggal itu.

Baca juga: Penyakit Menular Seksual Sifilis, Kenali Tahapan dan Gejala Infeksinya

Ia juga memeriksa tengkorak wanita keturunan Eropa lainnya yang meninggal pada usia yang sama dengan wanita di database, serta kontur donor virtual untuk membuat perkiraan wajah akhir.

"Penyebab kematian sangat sulit ditentukan karena hanya tengkorak sebagai referensi. Tetapi sifilis jelas membawa banyak masalah bagi individu ini," kata Moraes.

Berbeda dengan saat ini, ketika antibiotik seperti penisilin dapat dengan cepat menghilangkan penyakit.

Selama abad ke-16, masyarakat keturunan Eropa sering mengandalkan obat-obatan herbal yang berasal dari kayu suci (Guaiacum sanctum) dan salep kulit yang mengandung merkuri untuk meredakan gejala.

 

Baca juga: Cara Mencegah Sifilis atau Penyakit Raja Singa

Mandi keringat juga populer dan dianggap membantu menghilangkan racun sifilis.

Hasil rekonstruksi terakhir menampilkan luka yang membentang di pipi kanan wanita itu dan menjalar ke luka terbuka di dahinya.

Peneliti memilih untuk memberikan wanita rambut pirang.

Ini supaya wanita terlihat hidup, sehingga rekonstruksi wajah dapat memberikan contoh perkembangan penyakit pada individu dan menunjukkan bagaimana sifilis dapat menjadi sesuatu yang sangat serius jika tak diobati dengan benar.

"Hari ini dengan obat-obatan modern, situasi yang terjadi pada wanita Islandia sangat tak mungkin tak terjadi, tetapi bukan berarti tak mungkin," tambah Moraes. 

Baca juga: Apakah Sifilis atau Raja Singa Bisa Sembuh?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com