Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Muda Berisiko Alami Gangguan Pendengaran, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 24/11/2022, 20:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Sci-News

KOMPAS.com - Gangguan pendengaran menjadi masalah kesehatan masyarakat yang patut mendapatkan perhatian dan prioritas global.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, bahwa lebih dari 430 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan pendengaran dan prevalensinya dapat menjadi hampir dua kali lipat jika pencegahan gangguan pendengaran tak diprioritaskan.

Bahkan pada 2015 lalu, WHO sudah memperkirakan bahwa ada 1,1 miliar remaja dan dewasa muda berpotensi berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan rekreasi sukarela yang selanjutnya disebut sebagai 'praktik mendengarkan yang tak aman.

Baca juga: Pendengaran, Indera Terakhir yang Berfungsi Menjelang Kematian

Mengutip Sci News, Kamis (24/11/2022) paparan kebisingan ini sebagian besar disebabkan oleh penggunaan alat pendengar pribadi, misalnya ponsel atau pemutar musik.

Selain itu juga paparan dapat berasal dari kehadiran seseorang di tempat hiburan yang bising seperti diskotik, bar, atau klub.

Risiko gangguan pendengaran ini tergantung pada kenyaringan, durasi, dan frekuensi paparan kebisingan.

Selama ini tingkat paparan kebisingan rekreasi yang diizinkan sering dihitung dari batas paparan kebisingan pekerjaan yang setara, misalnya saja 80 desibel (dB) selama 40 jam seminggu atau 85 dB selama 40 jam seminggu, yang sedikit berbeda menurut wilayah dan atau oleh badan pengatur.

Sementara itu penelitian yang diterbitkan sebelumnya menunjukkan, bahwa penggunaan alat pendengar pribadi sering memilih volume setinggi 105 dB, sedangkan tingkat suara rata-rata di tempat hiburan berkisar antara 104 hingga 112 dB, melebihi tingkat yang diizinkan meskipun untuk waktu yang sangat singkat.

Kini dalam studi terbaru, Dr. Lauren Dillard dari Medical University of South Carolina dan rekannya ingin mengukur prevalensi praktik mendengarkan yang tidak aman di kalangan remaja dan dewasa muda, untuk membuat perkiraan global jumlah orang yang berisiko mengalami gangguan pendengaran.

Peneliti kemudian menelusuri database penelitian yang melibatkan orang berusia 12-34 tahun, serta melaporkan tingkat output perangkat yang diukur secara objektif dan lama paparan.

Baca juga: Kenapa Pendengaran Orang Buta Lebih Sensitif? Studi Awal Mengungkapnya

Mereka kemudian memperkirakan jumlah global orang yang dapat berisiko mengalami gangguan pendengaran dengan mempertimbangkan perkiraan populasi global berusia 12-34 tahun pada tahun 2022 (2,8 miliar).

Peneliti juga memperkirakan paparan praktik mendengarkan yang tak aman dari alat pendengar pribadi atau turunan dari tempat hiburan.

Analisis data yang dikumpulkan menunjukkan, bahwa prevalensi praktik mendengarkan yang tak aman dari penggunaan alat pendengar pribadi dan kehadiran di tempat hiburan umum di antara remaja dan dewasa muda di seluruh dunia, yakni masing-masing 23,81 persen dan 48,20 persen.

Berdasarkan angka tersebut, peneliti selanjutnya memperkirakan bahwa jumlah global remaja dan dewasa muda yang berpotensi berisiko mengalami gangguan pendengaran bisa mencapai hingga 1,35 miliar.

"Ada kebutuhan mendesak bagi pemerintah, industri, dan masyarakat sipil untuk memprioritaskan pencegahan gangguan pendengaran secara global dengan mempromosikan praktik mendengarkan yang aman," tulis peneliti dalam makalahnya.

Penelitian ini dipublikasikan di jurnal BMJ Global Health.

Baca juga: Terpapar Asap Rokok Saat Hamil Berpotensi Ganggu Pendengaran Bayi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Sci-News
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com