Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merpati Ini Dikira Punah, Peneliti Temukan Setelah 140 Tahun Tak Terlihat

Kompas.com - 22/11/2022, 08:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan dari American Bird Conservancy menemukan kembali seekor burung merpati langka yang belum pernah didokumentasikan selama hampir 140 tahun.

Peneliti memasang kamera jebakan di Pulau Fergusson, Papua Nugini. Saat hasilnya diperiksa, mereka menemukan burung merpati bertengkuk hitam langka yang mondar-mandir.

Menurut American Bird Conservancy, merpati tersebut adalah merpati besar yang tinggal di darat dengan ekor lebar dan terkompresi ke samping. Merpati juga hanya hidup di pulau lepas pantai timur Papua Nugini.

Baca juga: Alasan Merpati Mau Terbang Berkelompok, meski Lebih Melelahkan

Dengan begitu, foto serta video tersebut menjadi kali pertama burung merpati didokumentasikan secara ilmiah sejak 1882.

"Melihat gambar merpati itu ibarat menemukan unicorn. Ini adalah momen impian sepanjang hidup sebagai seorang konservasionis dan pengamat burung," kata John C. Mittermeir, Direktur Program Lost Birds di American Bird Conservancy dan salah satu pemimpin ekspedisi.

Seperti dikutipScience Alert, Minggu (20/11/2022), Jordan Boersma, peneliti postdoctoral di Cornell University yang juga tim ekspedisi, mengaku terkejut juga dengan foto burung yang berjalan melewati kamera.

Ia mengatakan, ketika kamera dipasang, ia mengira ada kurang dari satu persen peluang untuk mendapatkan foto burung merpati bertengkuk hitam.

Temuan ini pun menjadi harapan yang luar biasa untuk menemukan burung lain yang telah hilang selama setengah abad atau lebih.

"Selain memberikan harapan pencarian spesies lain yang hilang, informasi terperinci yang dikumpulkan oleh tim telah memberikan dasar untuk konservasi burung yang sangat langka ini dan spesies unik lainnya di Pulau Fergusson.

Sementara itu, ditulis di Phys, hampir tak ada yang diketahui mengenai merpati bertengkuk hitam selain dari dua spesimen yang pernah ditemukan pada tahun 1882.

Tak ada rekaman suaranya yang membuat peneliti berpikir itu mungkin terdengar mirip dengan spesies burung merpati lain di daratan Papua Nugini.

Baca juga: Terjual Rp 1 Miliar, Kenapa Burung Merpati Bisa Sangat Mahal?

Namun, bantuan penduduk lokal menjadi kunci keberhasilan dari ekspedisi ini. Doka Nason, seorang ahli burung lokal yang ikut serta dalam pencarian burung, menjadi salah satu petunjuk jalan menemukan spesies tersebut.

Meski begitu, para konservasionis khawatir karena pemilik tanah utama di mana burung ditemukan baru saja menandatangani kesepakatan dengan perusahaan penebangan kayu, yang dapat mengancam merpati dan habitatnya.

Tim peneliti pun berusaha mencari pendanaan supaya bisa kembali ke Fergusson dan mencari tahu berapa banyak spesies yang tersisa.

"Burung ini memiliki arti bagi masyarakat setempat. Itu adalah bagian dari legenda dan budaya mereka. Jika kita kehilangan spesies ini, kepentingan budayanya akan hilang seiring dengan perannya dalam ekosistem," tambah Boersma.

Baca juga: Fakta Dodo, Kerabat Jauh Merpati yang Sudah Punah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com