Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Bedah Bariatrik, Menurunkan Berat Badan hingga Risiko Penyakit

Kompas.com - 13/11/2022, 21:12 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Banyak cara dilakukan untuk menurunkan berat badan, mulai dari mencoba berbagai macam diet, mengonsumsi obat-obatan, atau berolahraga.

Namun faktanya, bagi sebagian orang, menurunkan berat badan bukanlah hal yang mudah. Tak jarang setelah berat badan berhasil turun, beberapa waktu kemudian berat badan justru kembali naik lebih banyak – yang dikenal dengan efek yo-yo.

Padahal, beberapa penelitian telah menunjukkan adanya kaitan antara obesitas dan peningkatan risiko penyakit tak menular, seperti diabetes, hipertensi, stroke, hingga kanker.

Baca juga: Melly Goeslaw Jalani Operasi Bariatrik untuk Menurunkan Berat Badan, Operasi Apa Itu?

Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B, SubSp. BDig, dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif RS Pondok Indah mengatakan, berkaitan dengan hal tersebut bedah bariatrik bisa menjadi opsi untuk menangani kasus obesitas.

Bukan hanya sekadar menurunkan berat badan, tindakan bedah bariatrik juga terbukti memiliki efek domino bagi pasien yang memiliki komorbid diabetes, hipertensi, dengan menurunkan risiko gangguan jantung, ginjal, stroke, dan kanker.

Namun demikian, manfaat tindakan bedah bariatrik dapat dicapai secara optimal, jika pasien memiliki komitmen dan konsistensi melakukan perubahan gaya hidup setelah bedah bariatrik.

Apa itu bedah bariatrik?

Dijelaskan dr Peter, bariatrik berasal dari kata Baros yang berarti besar. Jadi, bedah bariatrik adalah pembedahan untuk menolong orang-orang yang kelebihan berat badan.

Cara kerja bedah bariatrik adalah dengan memodifikasi saluran cerna pasien, yang menyebabkan makanan tidak lagi melewati usus dua belas jari atau melewatinya dengan lebih cepat.

Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan hormon GLP-1 yang memperbaiki metabolism gula oleh insulin, yang selanjutnya akan membantu menghilangkan rasa lapar, memodifikasi profil hormone sehingga lebih efektif bekerja, serta membantu mengurangi kalori yang diserap tubuh.

Baca juga: Bedah Bariatrik, Tidak Semua Orang Boleh Menjalaninya

Siapa saja yang boleh menjalani bedah bariatrik?

Tindakan bedah bariatrik diperuntukkan pada orang dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 35 tanpa komorbid atau IMT di atas 30 yang memiliki komorbid diabetes atau hipertensi, dan atau telah gagal menurunkan berat badan dengan perubahan gaya hidup, termasuk melakukan diet dan olahraga.

Jenis bedah bariatrik

Ada tiga jenis bedah bariatrik yang paling sering dilakukan, yakni:

1. Sleeve gastrectomy 

Tindakan pemotongan lambung, kurang lebih sebanyak 85 persen, sehingga didapatkan ukuran lambung yang lebih kecil.

2. Roux en Y gastric bypass 

Tindakan memotong bagian atas perut dan menutupnya dari bagian perut lain. Kemudian menghasilkan kantong seukuran kenari dan hanya bisa menampung makanan sekitar satu ons, sementara umumnya perut dapat menampung 3 liter makanan.

3. Single anastomosis duodeno-ileal bypass with sleeve gastrectomy (SADI)

Tindakan menghilangkan sekitar 85% lambung, mirip dengan sleeve gastrectomy.

Kemudian bagian pertama dari usus kecil, yang disebut duodenum, dibagi tepat di bawah perut dan disambungkan kembali ke lingkaran usus kecil untuk melewati sekitar setengah dari usus kecil. Ini akan mengurangi jumlah kalori dan lemak yang diserap tubuh.

Dalam acara Media Talkshow – Bedah Bariatrik: Solusi Bebas Obesitas, Jumat (11/11/2022), dr Peter mengungkap, meski dilakukan proses pemotongan lambung, tak membutuhkan waktu lama untuk recovery pasca-bedah bariatrik.

Bahkan, dalam hitungan hari, pasien sudah bisa kembali beraktivitas dan berolahraga yang disesuaikan dengan kemampuan tubuhnya.

Baca juga: Cara Menjaga Berat Badan Usai Jalani Operasi Bariatrik Menurut Dokter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com