William Gallus, profesor meteorologi dan prediksi cuaca numerik di departemen ilmu geologi dan atmosfer di Iowa State University, menjelaskan fenomena microburst.
Menurutnya, udara dingin lebih berat daripada udara hangat, sehingga gumpalan udara dingin ini dapat terjun ke tanah, dan itu menyebar dengan cepat ketika menyentuh tanah, seperti bagaimana air meledak ke samping ketika balon air dijatuhkan dan menyentuh tanah, dikutip dari Live Science.
Pada saat udara dingin dan kering ini ditarik lebih jauh oleh berat presipitasi, ini disebut pemuatan air, dan ini menyebabkan udara turun lebih cepat.
Terdapat dua tipe microburst, yakni microburst basah dan microburst kering, tergantung di mana lokasi fenomena ini terjadi.
Baca juga: Penyebab Fenomena Microburst yang Bisa Terjadi Saat Hujan Deras, Apa Saja?
Fenomena microburst basah lebih sering terjadi di wilayah dengan iklim lembab, di mana sering terjadi badai petir, seperti di Amerika Serikat bagian Tenggara.
Microburst tipe ini biasanya didorong oleh entrainment udara kering dan pemuatan air.
Sedangkan fenomena microburst kering biasanya dimulai dengan masuknya udara kering karena kelembaban di tingkat atas tetapi akhirnya berubah menjadi peristiwa yang didorong oleh angin tanpa presipitasi permukaan.
Kendati dijelaskan ada dua tipe fenomena microburst, namun beberapa microburst juga dikenal sebagai hibrida, yang memiliki karakteristik tipe basah dan kering.
Menurut NOAA, fenomena microburst hibdrida ini didorong oleh beberapa pengaruh, seperti entrainment udara kering, pemuatan prespitasi, pendinginan di bawah dasar awan atau sublimasi.
Baca juga: Fenomena Gerhana Bulan Total, Kenapa Bulan Jadi Berwarna Merah?