Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2022, 09:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah terpikir apa jadinya jika manusia memiliki ekor, apakah tambahan bagian tubuh itu akan mengubah kehidupan kita, dan seperti apa rupa manusia dengan ekor?

Manusia berekor memang hanya ditemukan dalam dongeng ataupun cerita mitologi. Tetapi pada kasus yang jarang terjadi, ada bayi yang mengalami spina bifida.

Kondisi itu membuat bayi lahir dengan celah di tulang belakang, sehingga tulang ekornya tidak teratur dan terlihat seperti ekor palsu.

Baca juga: Mengapa Hewan Memiliki Ekor sedangkan Manusia Tidak?

Berdasarkan jurnal Human Pathology pertumbuhan bagian itu sering mengandung otot, jaringan ikat, dan pembuluh darah, tetapi bukan tulang atau tulang rawan. Bagian tersebut tidak berfungsi dan biasanya hilang setelah lahir.

Namun jauh sebelum itu, mengutip Live Science, Senin (7/11/2022) melihat evolusi manusia, nenek moyang kita memiliki semacam ekor.

Tapi, ekor itu menghilang dalam garis keturunan langsung manusia sekitar 25 juta tahun yang lalu, ketika kera besar menyimpang dari monyet.

Nenek moyang manusia mungkin telah membuang embel-embel tambahan itu untuk menghemat energi dan kalori saat manusia mulai mengembangkan keseimbangan bipedal (berjalan dengan dua kaki) yang lebih baik.

Menurut Field Projects International, spesies monyet tertentu yang berasal dari Amerika Selatan dan Tengah (dijuluki monyet Dunia Baru) memiliki ekor yang dapat memegang, menangkap benda, melingkar di sekitar dahan pohon, dan bahkan menopang berat badan mereka.

Sementara itu, kerabat terdekat kita yang berekor disebut monyet Dunia Lama yang hidup di Afrika, Asia, dan Eropa selatan, seperti babon dan kera, yang sebagian besar menggunakan ekornya untuk keseimbangan.

"Tak satu pun dari mereka memiliki ekor yang dapat memegang," kata Peter Kappeler, antropolog evolusi di Gottingen University di Jerman.

Meski ekor tak bisa digunakan untuk memegang, bukan berarti itu tak berguna. Ekor panjang dan berbulu berguna untuk membungkus badan seperti syal.

Dan jika manusia berekor dan berevolusi hibernasi selama musim dingin, ekor bisa berfungsi sebagai sistem penyimpanan lemak. Strategi ini digunakan oleh beberapa mamalia non-primata, seperti berang-berang.

Baca juga: Kanguru Gunakan Ekor sebagai Kaki Tambahan Saat Berjalan

Atau bisa juga digunakan untuk menopang berat badan seperti kanguru. Meski bukan primata, kangura bisa menjadi model manusia karena kanguru termasuk hewan bipedal dan berekor.

Jonathan Marks, antropolog di University of North Carolina di Charlotte menyebut kanguru memiliki ekor yang kuat yang mereka gunakan seperti tripod. Ekor dipakai untuk membantu menopang berat badan dan menambah kekuatan pada langkah melompat mereka.

Contoh lainnya adalah dinosaurus theropoda yang sudah punah seperti T-rex. Ekornya yang kaku dan berotot kemungkinan bertindak seperti kemudi ketika mereka sedang berlari.

Tetapi memiliki ekor menurut Marks justru akan mengubah langkah atau cara jalan manusia. Misalnya saja berkaca pada T-rex, itu akan membuat manusia bersandar ke depan di pinggul, sedangkan dada pada posisi rendah daripada tegak.

Baca juga: Termasuk Primata, Kenapa Manusia Tak Memiliki Ekor?

Manusia mungkin juga akam melakukan manuver saat berjalan, jika tidak ekornya akan terseret dan mengganggu.

Marks juga mencatat akan sulit untuk menghindari melukai ekor secara tak sengaja dalam aktivitas sehari-hari.

Ambil contoh saja ekor panjang kucing cenderung terinjak atau terjepit pintu secara tak sengaja. Sementara itu, ekor yang pendek bisa menyulitkan untuk duduk di kursi tanpa beberapa modifikasi.

"Jelas, jika kita memiliki ekor, manusia perlu mendesain ulang kurasi mobil dan pakaian renang," kata Marks.

Meski begitu, keberadaan ekor bisa saja menjadi sumber insipirasi baru untuk menciptakan hiasan. Sangat mudah untuk membayangkan nenek moyang kita mengembangkan aksesoris seperti cincin ekor atau pernak pernik lainnya.

Baca juga: 5 Hewan yang Memiliki Ekor Paling Panjang, Ada Burung hingga Monyet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com