Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/10/2022, 20:04 WIB
The Conversation,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Bagaimana lava terbentuk? - Leon, umur 7, Sydney, Australia

Oleh: Janice Crerar

TERIMA kasih untuk pertanyaannya yang bagus, Leon!

Apakah kamu pernah melihat lava? Menurutmu, seperti apa lava itu? Lava dapat berwarna merah, berapi-api, dan cair atau dingin, berwarna gelap, dan padat, seperti pada gambar di atas.

Pada gambar di atas, kamu dapat melihat lava merah panas yang mengalir di atas batu padat hitam yang menjadi tempat lava mendingin. Lava adalah batuan cair yang meleleh karena suhu yang sangat tinggi. Suhu tersebut jauh lebih panas daripada yang kamu lihat di permukaan bumi.

Coba bayangkan betapa panasnya suhu yang dibutuhkan untuk melelehkan batu? Ini menunjukkan tentang proses pembentukan lava di suatu tempat di bawah permukaan bumi dengan suhu yang sangat tinggi.

Di bawah tanah, batuan cair tersebut adalah magma. Magma berubah menjadi lava ketika mengalir ke permukaan planet, biasanya melalui gunung berapi. Saat lava mendingin – inilah tanah padat berwarna gelap yang terdapat di gambar – ini disebut “igneous” rock (batuan beku). Dalam bahasa Latin (ilmuwan menggunakan banyak kata Latin), “igenous” berarti “api,” jadi ini adalah batu api.

Baca juga: Perbedaan Magma, Lava, dan Lahar

Untuk memahami bagaimana lava terbentuk dan dari mana asalnya, kita perlu melakukan perjalanan di bawah permukaan bumi. Namun, ini tidak mungkin kita lakukan karena terlalu berbahaya. Bayangkan mencoba melakukan perjalanan ke suatu tempat yang cukup panas untuk melelehkan batu, apa akibatnya bagi kamu?

Selain melakukan perjalanan ke bawah permukaan bumi, kita tetap dapat memahami bagaimana lava terbentuk dengan melihat struktur Bumi seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini dan membayangkan perjalanannya.

Ilustrasi lapisan bumiShutterstock Ilustrasi lapisan bumi

Kita akan melakukan perjalanan turun melalui kerak bumi, ke dalam mantel, dan kemudian ke inti. Sesampainya di sana, kita akan menemukan bahwa kerak dan mantel sebagian besar adalah batuan padat. Setelah melewati mantel, kita akan melihat inti luar cair dan kemudian inti dalam logam padat.

Suhu di inti Bumi sangatlah panas, biasanya antara 5.000 dan 7.000 derajat Celcius. Coba kamu pikirkan hal ini untuk membandingkan: cokelat mulai meleleh pada suhu sekitar 80? dan air keran mendidih pada suhu 100?. Inti yang sangat panas ini bagaikan oven untuk Bumi yang memanaskannya dari dalam.

Baca juga: Apakah Ada Gunung Berapi di Palung Mariana?

Sepanjang perjalanan, kita mungkin menemukan beberapa magma di mantel tempat ia dibuat, yaitu di ruang antara mantel luar dan kerak bumi. Magma terbentuk melalui panas dan tekanan – bayangkan meremas bola plastisin sekeras mungkin. Saat melakukan ini, kamu memberi tekanan pada bola. Meskipun mantel tidak sepanas inti cair, lapisan ini memiliki lebih banyak tekanan yang disebabkan oleh gerakan di mantel berbatu yang menekan kerak.

Tekanan ini, dan suhu dari “oven” Bumi pada inti, menyebabkan batuan mencair dan magma terbentuk. Magma bergerak ke permukaan bumi melalui bukaan – terkadang bukaan ini adalah gunung berapi – dan membentuk kerak baru.

Seringkali, kerak baru terbentuk menjadi pulau-pulau, seperti banyak pulau Pasifik. Hal ini terjadi karena cairan keluar melalui bukaan di dasar laut dan mendingin hingga membentuk daratan

Kamu dapat menonton video ini untuk mendengarkan cerita dari Bumi sendiri. Namun, kamu harus berhati-hati: jangan pernah memasukkan batu ke dalam api untuk mencoba melelehkannya karena beberapa batu dapat meledak! Kamu dapat bertanya tentang ini di lain kesempatan.

Janice Crerar

Lecturer in Education, Charles Darwin University

Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Curious Kids: bagaimana lava terbentuk?". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com