KOMPAS.com - Sakit kepala umum terjadi pada awal kehamilan. Kondisi ini biasanya akan membaik seiring bertambahnya usia kehamilan.
Sakit kepala saat hamil tidak membahayakan bayi, tetapi bisa membuat sang ibu merasa tidak nyaman.
Sakit kepala saat hamil bisa juga menjadi gejala pre-eklampsia, yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak dipantau dan diobati.
Pre-eklampsia biasanya dimulai setelah kandungan berusia 20 minggu.
Baca juga: Cara Mengobati Sakit Kepala di Malam Hari
Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, penyebab pasti sakit kepala saat hamil sebenarnya tidak pasti.
Pada trimester pertama, perubahan kadar hormon dan volume darah mungkin menjadi penyebabnya.
Sakit kepala yang tumpul dan menyeluruh dapat disertai dengan stres, lemas, dan kelelahan mata.
Sakit kepala sinus lebih mungkin terjadi karena hidung tersumbat dan pilek yang umum terjadi pada awal kehamilan.
Wanita hamil yang mengalami mual dan muntah di awal kehamilan bisa mengalami dehidrasi. Ini juga bisa menyebabkan sakit kepala.
Baca juga: 9 Cara Mengobati Sakit Kepala dan Mual
Dilansir dari National Health Service (NHS), parasetamol adalah pilihan pertama untuk mengobati sakit kepala bagi kebanyakan orang.
Namun, demi keamanan, jika hendak mengonsumsi parasetamol saat hamil, konsumsilah dalam waktu sesingkat mungkin.
Di samping itu, konsultasikan dengan dokter mengenai dosis parasetamol yang aman dikonsumsi wanita hamil dan waktu penggunaannya.
Ada beberapa obat penghilang rasa sakit yang harus dihindari selama kehamilan, seperti obat yang mengandung kodein dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, kecuali jika diresepkan oleh dokter.
Baca juga: Penyebab Sakit Kepala Berdenyut dan Cara Mengatasinya di Rumah
Wanita hamil juga dapat mengubah gaya hidup untuk membantu mencegah dan mengobati sakit kepala, seperti: