Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2022, 19:30 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia kini memiliki satu spesies kungkang baru. Hal tersebut terungkap setelah peneliti mengidentifikasi kungkang spesies baru di Hutan Atlantik Brasil.

Kungkang berjari tiga secara konvensional dianggap terbagi menjadi empat spesies, salah satunya adalah kungkang surai (Bradypus torquatus).

Namun dalam studi ini, baru terungkap bahwa kungkang surai ternyata terdiri dari dua spesies. Spesies baru lantas diberi nama Bradypus crinitus.

Baca juga: Kenapa Gerak Kungkang Sangat Lambat?

Ada ciri menarik dari penampakan hewan tersebut, kungkang itu memiliki bulu kasar berwarna cokelat, sehingga membuat kepalanya menyerupai kelapa yang dikupas.

"Penelitian terbaru menunjukkan, ternyata di wilayah kecil Hutan Atlantik Brasil, kungkang surai yang sebelumnya dianggap satu spesies, ternyata terdiri dari dua spesies. Kungkang yang ditemukan di wilayah selatan secara genetik berbeda dengan kungkang lain yang hidup di bagian utara," tulis peneliti dalam studi mereka.

Mengutip IFL Science, Jumat (30/9/2022) dalam studi ini, peneliti melakukan analisis morfologi dari 24 kungkang.

Beberapa di antaranya berasal dari negara bagian utara Bahia dan Sergipe, sementara sisanya dari Rio de Janeiro dan Espirito Santo di selatan.

Peneliti menemukan, kungkang di bagian selatan memiliki tengkorak yang lebih datar, rahang lebih bulat, dan tulang pipi yang lebih lebar.

Analisis genetik dari 55 kungkang kemudian mengungkapkan adanya perbedaan genetik yang substansial antara kelompok selatan dan utara.

Peneliti mengidentifikasi 86 langkah mutasi yang memisahkan populasi tersebut dan menghitung bahwa perbedaan itu terjadi sekitar 4,24 juta tahun yang lalu.

"Pendekatan integratif kami menunjukkan, bahwa kungkang surai utara (Bradyous torquatus) terdapat di negara bagian Bahia dan Sergipe di Brasil. Sementara kungkang surai selatan (Bradypus crinitus), terdapat di Rio de Janeiro dan Espirito Santo," tulis para peneliti.

Baca juga: Kamasutra Satwa: Kungkang Memang Malas, tapi Tidak untuk Kawin

Dua spesies ini dipisahkan oleh Rio Doce yang berfungsi sebagai garis pemisah antara spesies.

"Pemisahan ini mungkin diperparah oleh fragmentasi habitat antropogenik dan deforestasi di Hutan Atlantik. Proses tersebut berpotensi membatasi aliran gen di antara populasi," terang peneliti lagi.

Namun ada yang lebih mengkhawatirkan lagi, peneliti mengatakan bahwa habitat yang ditempati oleh kedua spesies dikategorikan sebagai wilayah yang terancam.

Studi dipublikasikan dalam Journal of Mammology.

Baca juga: Tak Hanya Makan Dedaunan, Kungkang Purba Ternyata Juga Nikmati Daging

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com