KOMPAS.com - Bagi sebagian orang Indonesia, petai atau pete menjadi salah satu lalapan atau tambahan bahan masakan yang banyak digemari. Namun, meski banyak disukai, ada pula yang tidak menyukai petai karena dapat menyebabkan mulut atau air kencing menjadi sangat bau.
Pete atau petai berasal dari Asia Tenggara dan merupakan tumbuhan asli yang hidup di daerah tropis.
Parkia speciosa Hassk atau petai adalah tumbuhan yang termasuk dalam keluarga polong-polongan yang banyak tumbuh di daerah tropis. Selain di Indonesia, petai juga tumbuh di Malaysia, Thailand dan Filipina.
Pete atau petai ini secara morfologi termasuk dalam genus Parkia dan spesies speciosa dalam famili Fabaceae.
Jika di Indonesia, Malaysia dan Singapura dikenal dengan nama pete, tumbuhan yang juga dikenal dengan nama stink beans ini dikenal dengan nama sator atau sataw di Thailand, u'pang di Filipina dan yongchak di India.
Baca juga: Apa Itu Petai yang Jadi Makanan Favorit Orang Indonesia?
Salah satu ciri khas umum tanaman ini, banyak orang tidak menyukainya karena petai bau. Pete dikenal sangat bau, terlebih saat dikonsumsi baik sebagai lalapan maupun campuran makanan.
Tak hanya dapat menyebabkan bau mulut, tetapi juga membuat air seni atau air kencing juga menjadi memiliki bau yang khas.
Lantas, kenapa petai bau?
Menurut peneliti dari Universiti Kebangsaan Malaysia dalam studi yang dipublikasikan di jurnal National Library of Medicine, hampir semua senyawa kimia utama terkandung dalam biji atau petai
Untuk diketahui bahwa senyawa fenol juga terdapat pada hampir semua bagian tanaman. Hanya saja, hingga saat ini, belum banyak studi yang dilakukan untuk dapat menjelaskan sifat kimia dalam petai.
Petai adalah biji-bijian yang memiliki bau khas. Tak heran inilah yang membuat petai disebut stink beans.
Baca juga: 13 Manfaat Petai untuk Kesehatan, Apa Saja?
Pada petai, para peneliti mendeteksi keberadaan senyawa yang termasuk terpenoid, yang diamati menggunakan kromatografi gas. Terpenoid adalah produk senyawa kimia yang dapat ditemui di hampir semua tanaman.
Komponen terpenoid tersebut antara lain β-sitosterol (beta-sitosterol), stigmasterol, lupeol, campesterol, dan squalene.
Kandungan-kandungan senyawa dalam petai ini, menariknya, kata para peneliti, lupeol yang ditemukan memiliki sifat antikarsinogenik, antinosiseptif dan antiinflamasi.
Dalam studi ini, para peneliti juga menemukan bahwa petai mengandung senyawa-senyawa seperti polisulfida siklik, yaitu hexathionine, tetrathiane, trithiolane, pentathiopane, pentathiocane, dan tetrathiepane.
Tahukah Anda, bahwa ternyata senyawa-senyawa inilah yang bertanggung jawab atas bau yang menyengat pada Parkia speciosa atau pete.
Baca juga: Halo Prof! Kenapa Makan Petai Bikin Pipis dan Keringat Berbau?
Sementara itu, keberadaan asam djenkolic dalam petai, diduga menyebabkan penyumbatan ureter, yakni saluran kencing.
Kendati memiliki kandungan yang dapat menyebabkan bau yang sangat menyengat, baik pada mulut maupun air kencing, namun pete atau petai adalah tanaman pangan yang memiliki banyak manfaat dan nutrisi.
Tanaman polong-polongan ini juga telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan Asia sebagai obat untuk mengobati berbagai penyakit.
Dalam pengobatan tradisional, manfaat petai telah digunakan untuk mengobati diabetes, hipertensi, dan masalah ginjal.
Selain itu, meski petai bau, tanaman ini memiliki nutrisi yang kaya akan mineral dan vitamin, serta mengandung senyawa seperti polifenol, pitosterol dan falvonoid yang tinggi, sehingga manfaat petai diyakini dapat menjadi antioksidan alami untuk tubuh.
Baca juga: Apa Itu Petai yang Jadi Makanan Favorit Orang Indonesia?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.