KOMPAS.com - Penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Bahkan, data penelitian REPORT-HF menunjukkan, bahwa penyakit gagal jantung di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh penyakit jantung koroner atau penyakit jantung iskemik.
Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika suplai darah jantung tersumbat atau terganggu oleh penumpukan zat lemak di arteri koroner.
Seiring bertambahnya usia, dinding arteri bisa dipenuhi dengan timbunan lemak. Proses ini dikenal sebagai aterosklerosis dan timbunan lemak disebut ateroma.
Baca juga: Penyakit Jantung Koroner Bisa Dialami Usia Muda, Kenali Faktor Risiko dan Gejalanya
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti merokok dan minum alkohol berlebihan secara teratur.
Seseorang akan lebih berisiko mengalami timbunan lemak di dinding arteri jantung, jika memiliki kondisi seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes.
Timbunan lemak bisa pecah sehingga menimbulkan gumpalan darah yang menyebabkan penyumbatan total dan terganggunya aliran darah ke otot jantung. Kondisi ini akan menyebabkan seseorang mengalami nyeri dada yang sangat hebat, yang dikenal dengan serangan jantung,
Jika tak segera mendapat pertolongan medis, serangan jantung bisa berakibat fatal mengakibatkan henti jantung.
Baca juga: Apa Itu Pemasangan Ring Jantung untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner? Nyeri pada dada disebabkan jantung koroner
Dalam virtual Press Conference 31st Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart Association (ASMIHA), Kamis(22/9/2022), dikatakan dokter spesialis jantung dr Siska Suridanda Danny, Sp.JP(K), untuk mendiagnosis penyakit jantung koroner, ada tiga komponen pemeriksaan yang perlu dilakukan.
- Nyeri dada berat
- Dapat disertai sesak napas/ keringat dingin/ mual-muntah/ pingsan
- Adanya gangguan aktivitas listrik akibat cedera otot jantung
- Adanya ST elevasi/ ST depresi/ T inversi
- Terdeteksinya protein sel jantung di dalam darah
- Terdeteksinya cardiac troponins CK/ CK-MB
Dokter Siska menekankan, pentingnya melakukan cek kesehatan secara rutin, untuk mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang bisa menjadi faktor risiko dan bahkan deteksi dini penyakit jantung koroner.
“Semakin tua, semakin tinggi risiko adanya kerusakan pada tubuh. Tahun lalu mungkin kolesterol masih aman, tapi tahun ini belum tentu. Untuk mengetahuinya harus cek kesehatan,” ujar dr Siska.
Selain itu ia menegaskan, menjalani komponen pola hidup sehat, mulai dari olahraga teratur, menjaga berat badan ideal, pola makan tinggi serat dan rendah lemak, serta tidak merokok dapat membantu mencegah penyakit jantung koroner.
Baca juga: Kapan Pasien Penyakit Jantung Koroner Harus Jalani Operasi Bypass Jantung?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.