Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Disfungsi Ereksi, Gejala Long Covid-19 yang Paling Sering Muncul

Kompas.com - 04/09/2022, 13:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi terbaru mengungkapkan, setidaknya ada dua gejala long Covid-19 yang paling banyak dialami pasien. Gejala itu adalah rambut rontok dan disfungsi ereksi.

Untuk diketahui, long Covid-19 adalah gejala sakit berkepanjangan yang diderita pasien meski sudah dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona.

Melansir laman Covid19.go.id, 12 Maret 2021 sebanyak 5-20 persen pasien mengalami Long Covid-19 lebih dari 4 pekan. Selain itu, diperkirakan 1 dari 10 pasien Covid-19 dapat mengalaminya hingga lebih dari 12 pekan.

Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine pada 25 Juli 2022 ini, para peneliti juga mengidentifikasi kelompok dan perilaku apa yang membuat orang berisiko lebih tinggi terkena long Covid-19.

Baca juga: Kasus Kematian akibat Covid-19 Melonjak, Ini Kata WHO

Dikatakan bahwa perempuan, orang yang berusia muda, dan mereka yang berasal dari ras kulit hitam, ras campuran, atau kelompok etnis lain lebih berisiko mengalami kondisi tersebut.

Selain itu, mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi ke bawah, perokok, kelebihan berat badan atau obesitas, serta orang dengan berbagai kondisi kesehatan, lebih mungkin melaporkan gejala yang menetap.

Penulis studi sekaligus profesor klinis asosiasi dalam kesehatan masyarakat di University of Birmingham, Dr Shamil Haroon, mengatakan penelitiannya memvalidasi gejala long Covid sangat luas.

“Gejala yang kami identifikasi harus membantu dokter dan pembuat pedoman klinis untuk meningkatkan penilaian pasien dengan efek jangka panjang dari Covid-19, dan untuk selanjutnya mempertimbangkan bagaimana beban gejala ini dapat dikelola dengan baik," ujar Haroon dilansir dari Independent, Selasa (30/8/2022).

Para peneliti juga menemukan, gejala Covid-19 yang paling umum ialah kehilangan penciuman, sesak napas dan nyeri dada, amnesia, disfungsi ereksi, halusinasi, ketidakmampuan untuk melakukan gerakan, inkontinensia usus hingga pembengkakan anggota tubuh.

Mereka berkata, orang yang dites positif terkena virus corona pun melaporkan 62 gejala selama 12 pekan setelah infeksi awal.

Baca juga: CDC Sebut Long Covid-19 pada Anak dan Remaja Berisiko Menyebabkan Kondisi Fatal

Ilustrasi pasien Omicron sedang isomanfreepik Ilustrasi pasien Omicron sedang isoman

Para peneliti dari University of Birmingham menganalisis catatan kesehatan elektronik anonim dari 2,4 juta orang di Inggris bersama tim dokter maupun peneliti di seluruh Inggris.

Data yang diperoleh antara Januari 2020 hingga April 2021 terdiri dari catatan 486.149 orang dengan infeksi sebelumnya, dan 1,9 juta orang tanpa indikasi infeksi virus corona setelah dicocokkan dengan diagnosis klinis lainnya.

Menggunakan data dari pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, tim peneliti mampu mengidentifikasi tiga kategori gejala yang berbeda.

“Analisis data kami tentang faktor risiko sangat menarik, karena membantu kami mempertimbangkan apa yang berpotensi menyebabkan atau berkontribusi untuk long Covid," terang penulis utama studi dan peneliti di Institute of Applied Health Research di University of Birmingham Anuradhaa Subramanian.

Baca juga: Paru-paru Pasien Long Covid-19 Alami Kerusakan Tersembunyi, Studi Jelaskan

Dia menambahkan, perempuan lebih mungkin mengalami penyakit autoimun. Melihat peningkatan kemungkinan perempuan mengalami long Covid-19, timnya berminat untuk menyelidiki apakah autoimunitas atau penyebab lain dapat menjelaskan peningkatan risiko pada kelompok ini.

“Pengamatan ini akan membantu untuk lebih mempersempit fokus pada faktor-faktor, untuk menyelidiki apa yang mungkin menyebabkan gejala terus-menerus ini setelah infeksi, dan bagaimana kami dapat membantu pasien yang mengalaminya," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com