Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Muda di Tasikmalaya Meninggal Saat Lomba, Ini Kondisi yang Tak Disarankan Lomba Balap Karung

Kompas.com - 19/08/2022, 18:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perayaan HUT ke-77 Republik Indonesia pada Rabu (17/8/2022) lalu, di Kampung Gunung Bubut, Kelurahan Cipawitra, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, berubah menjadi suasana duka. Sebab, seorang ibu rumah tangga bernama Rini (29) meninggal dunia saat mengikuti lomba balap karung.

Mengutip pemberitaan Kompas.com edisi 17 Agustus 2022, korban diduga mengalami serangan penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi, dan baru dua bulan lalu melahirkan.

Berdasarkan keterangan para saksi, awalnya korban tak menunjukkan sedang sakit dan mengikuti perlombaan balap karung dengan ceria. Namun, dia tiba-tiba terjatuh saat berlomba kemudian meninggal dunia.

"Dari keterangan para saksi di lokasi kejadian, korban mengikuti perlombaan balap karung bersama warga dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan RI," papar Kepala Polsek Mangkubumi Polres Kota (Polresta) Tasikmalaya Inspektur Satu, Hartono.

Baca juga: Ibu Muda di Tasikmalaya Meninggal Saat Lomba Balap Karung, Ini Kata Dokter

Dia menambahkan, bahwa korban juga sempat dibawa ke sebuah klinik tetapi tidak tertolong saat di perjalanan.

"Korban jatuh dan kepala serta wajahnya membentur jalan aspal hingga pingsan dan tidak sadarkan diri selanjutnya warga setempat memberikan pertolongan dan langsung dilarikannya ke Klinik Kayla," tambahnya lagi.

Terkait dengan ibu di Tasikmalaya meninggal saat balap karung, CEO Homecare dan Medical Assistance Kavacare.id, dr Aprilianto Eddy Wiria, PhD, menyebut ada kemungkinan korban mengalami hipertensi selama kehamilan atau preeklamsia.

"Apakah riwayat hipertensi saat kehamilan menjadi penyebab langsung kematian saat ini? Menurut saya tidak," ujar Eddy saat dihubungi Kompas.com, Kamis (18/8/2022).

Dirinya turut menekankan, penyebab kematian korban tetap harus ditentukan dengan cara otopsi oleh ahli forensik.

Nantinya, ahli forensik bisa memeriksa dan mengkaji untuk melihat penyebab sebenarnya dari kematian korban.

Dikatakan bahwa, Rini baru melahirkan dua bulan lalu dan memiliki riwayat hipertensi. Terkait kapan aktivitas fisik seperti lomba balap karung ataupun olahraga setelah melahirkan bisa dilakukan, Eddy berujar bila persalinan berlangsung normal tanpa komplikasi, pada dasarnya ibubisa langsung beraktivitas seperti biasa.

"Beberapa atlet olahraga yang memang terbiasa latihan dan berkompetisi tingkat tinggi, bisa segera kembali latihan setelah melahirkan dan selama masa menyusui," ucapnya.

Baca juga: Kapan Sebaiknya Minum Obat Hipertensi, Pagi atau Malam?

 

Kondisi yang tidak disarankan ikut lomba balap karung dan

olahraga berat lainnya

Dijelaskan oleh Eddy, orang yang menderita beberapa penyakit tertentu memang memerlukan kehati-hatian dalam beraktivitas, termasuk lomba balap karung dan olahraga berat lainnya.

Misalnya pada orang yang memiliki gangguan jantung, baik penyakit jantung bawaan maupun penyakit irama jantung.

Dokter Eddy mengingatkan, penyakit jantung tak hanya dialami usia tua, melainkan bisa muncul antara usia 20-40 tahun.

Penyakit jantung yang bisa dialami usia muda di antaranya sindrom Brugada, sindrom long Q-T, ataupun gangguan otot jantung.

"Mereka perlu mengenal dirinya dan bila ingin berolahraga perlu pendampingan dari ahlinya atau setelah evaluasi oleh dokter," imbuh Eddy.

Selain itu, orang yang mempunyai gangguan pertumbuhan tulang juga disarankan untuk tidak ikut lomba balap karung dan tetap berhati-hari selama melakukan aktivitas fisik, karena berrisiko patah tulang saat berolahraga berat.

Kemudian, orang dengan riwayat kejang atau epilepsi yang sensitif akibat gangguan metabolik, juga tak disarankan lantaran bisa saja kejang saat olahraga berat.

"Namun olahraga dibilang berat atau ringan itu sangat relatif. Setiap orang perlu mengenal dirinya dan melakukan aktivitas sesuai kapasitasnya. Tingkat intensitasnya bisa ditambah secara bertahap sesuai kebutuhan," terangnya.

Baca juga: 8 Macam Obat Hipertensi, Mana yang Terbaik

Pertolongan pertama pada pasien

Seperti dikatakan oleh Hartono, korban terjatuh tiba-tiba, terluka di kepala serta wajah dan tidak lama kemudian meninggal saat dibawa ke klinik.

Menurut Eddy, kematian mendadak seperti itu biasanya berhubungan dengan gangguan jantung, misalnya henti jantung karena gangguan kerja otot dan listrik jantung, atau gangguan otak yang disebabkan sumbatan atau perdarahan.

Perdarahan di otak mungkin saja disebabkan oleh pembuluh darah yang pecah, karena dipengaruhi oleh tekanan darah yang tinggi, seperti pada kondisi yang disebut aneurisma.

Perdarahan di dalam kepala pun dapat terjadi karena benturan di jalan, yang pada akhirnya menyebabkan kematian.

Berdasarkan kronologi kejadian ibu di Tasikmalaya meninggal saat balap karung, warga langsung membawanya ke klinik untuk menyelamatkan korban.

Padahal menurut Eddy, pada kasus henti jantung, pertolongan pertama di tempat penting untuk dilakukan sesegera mungkin.

Pertolongan pertama dapat dilakukan dengan melakukan upaya resusitasi jantung paru atau CPR, untuk menyelamatkan nyawa.

"Setelah stabil, ambulans bisa membawa korban ke rumah sakit atau unit gawat darurat yang memadai untuk pertolongan lebih lanjut. Waktu perjalanan ke rumah sakit merupakan periode yang kritis, terlepas dari luka di kepala dan wajah," jelas Eddy.

"Menurut saya masyarakat luas perlu diberikan pengetahuan dan latihan untuk melakukan resusitasi jantung paru atau diberikan pemahaman mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan," lanjutnya.

Baca juga: Minum Obat Hipertensi Seumur Hidup Tidak Sebabkan Penyakit Ginjal, Ini Penjelasannya

Mengutip pemberitaan Kompas.com edisi 13 Juni 2021, untuk melakukan CPR ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan. Urutan tahapannya adalah kompresi dada, membuka jalan napas, dan memberikan napas buatan.

Kompresi

Tahap pertama untuk melakukan CPR terhadap korban tidak sadarkan diri adalah kompresi dada (compression). Berikut adalah cara melakukan tahap kompresi dada:

  • Langkah pertama yang dilakukan adalah baringkan tubuh korban di atas permukaan yang keras dan datar, lalu posisikan diri Anda berlutut di samping leher dan bahu korban.
  • Letakkan satu telapak tangan Anda di bagian tengah dada pasien, tepatnya di antara payudara.
  • Posisikan telapak tangan Anda yang lain di atas tangan pertama.
  • Pastikan posisi siku Anda lurus dan bahu berada tepat di atas tangan Anda.
  • Tekan dada korban setidaknya 100 hingga 120 kali per menit, dengan kecepatan 1–2 tekanan per detik.
  • Saat menekan, gunakan kekuatan tubuh bagian atas. Jangan hanya mengandalkan kekuatan lengan agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat.

Setelah itu, periksa lebih lanjut apakah terlihat tanda-tanda korban bernapas. Jika belum, bisa melanjutkan proses kompresi hingga tenaga medis datang.

Membuka jalur napas

Tahapan berikutnya adalah membuka jalur napas. Tahapan ini biasanya dilakukan setelah melakukan tindakan tahap pertama.

Untuk melakukan tahapan kedua atau membuka jalur napas, Anda bisa mencoba untuk mendongakkan kepala korban, kemudian letakkan tangan Anda di dahinya.

Setelah itu, angkat dagu pasien secara perlahan untuk membuka saluran napas.

Memberikan napas buatan

Terdapat dua cara untuk memberikan napas buatan kepada korban. Pertama bisa dilakukan dari mulut ke mulut.

Kedua bisa dilakukan dari mulut ke hidung, dengan catatan jika mulut korban terluka parah atau tidak bisa dibuka.

Berikut cara memberikan napas buatan:

  • Jepit hidung korban, lalu tempatkan mulut Anda ke mulutnya.
  • Kemudian berikan napas atau udara dari mulut Anda sebanyak 2 kali sambil melihat apakah bagian dadanya terangkat seperti orang bernapas atau belum. Jika belum, coba perbaiki posisi lehernya atau periksa kembali apakah terdapat sumbatan pada jalan napasnya.
  • Ulangi proses kompresi dada sebanyak 30 kali yang diikuti oleh 2 kali pemberian napas buatan.

 Baca juga: Bagaimana Pertolongan Pertama untuk Stroke?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com