KOMPAS.com - Tidak sedikit ibu yang setelah melahirkan akan mengalami perubahan suasana hati yang sangat cepat.
Suasana hati ini didominasi dengan perasaan sedih, di tengah harapan rasa bahagia karena kehadiran buah hati.
Perasaan yang begitu mudah berganti seusai persalinan biasa dikenal dengan istilah baby blues. Kondisi ini biasanya terjadi selama seminggu pasca melahirkan.
Baca juga: Baby Blues Vs Postpartum Depression, Bagaimana Cara Membedakannya?
Dituliskan NHS, jika mengalami baby blues, bukan hanya muncul perasaan sedih dan tertekan, seorang ibu juga bisa merasakan kekhawatiran berlebih seperti takut tidak bisa menyusui maupun merawat anaknya dengan baik.
Meskipun kerap disamakan, baby blues berbeda dengan depresi pascamelahirkan atau postpartum depression.
Postpartum depression merupakan kondisi yang lebih parah dibandingkan baby blues, karena telah menunjukkan gejala gangguan kejiwaan atau afeksi berupa depresi.
Kendati baby blues adalah bentuk depresi ringan setelah melahirkan, jangan sampai mengabaikan gejala-gejala yang muncul karena jika berlarut dapat berpengaruh terhadap pengasuhan bayi dan kesehatan ibu.
Baby blues kemungkinan disebabkan oleh perubahan hormonal dan kimiawi yang terjadi secara tiba-tiba setelah proses melahirkan. Bagi sebagian orang, hormon yang dibuat oleh kelenjar tiroid bisa turun tajam, menyebabkan rasa lelah dan tertekan.
Baby blues melibatkan perasaan emosional, yang bisa membuat ibu menangis tanpa alasan jelas, mudah tersinggung atau sensitif, suasana hati murung, merasa cemas dan gelisah.
Selain itu, baby blues juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami insomnia, yang bahkan berlangsung saat bayi bisa tidur dengan nyenyak.
Semua gejala baby blues dianggap normal dan biasanya hanya berlangsung selama beberapa hari. Seringnya, baby blues akan terjadi secara kuat dalam waktu empat sampai lima hari pasca persalinan dan akan berkurang dan hilang dalam dua pekan setelah melahirkan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.