Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Ada Pengobatan Spesifiknya, Ketahui Penularan dan Gejala Cacar Monyet

Kompas.com - 06/08/2022, 14:00 WIB
Mela Arnani,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak ditetapkan sebagai darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli lalu, penularan cacar monyet terus meluas di sejumlah negara, yang bahkan negara non endemis penyakit ini.

Oleh karena itu, masyarakat khususnya yang kelompok rentan, seperti anak-anak, ibu hamil, lansia dan orang dengan imunitas rendah harus selalu waspada karena virus ini berpotensi masuk ke Indonesia, terlebih negara tetangga seperti Singapura telah melaporkannya.

Pasalnya, seperti diungkapkan oleh dr. Adityo Susilo, SpPD, KPTI, FINASIM dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) melalui keterangan tertulis yang dikutip Kompas.com, Jumat (5/8/2022); belum ada pengobatan khusus untuk penyakit cacar monyet

Vaksinasi terhadap cacar atau smallpox memang pernah disebut dapat memberikan efektivitas proteksi sebesar 85 persen untuk mencegah infeksi cacar monyet, tetapi sejauh ini masih belum ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini.

Baca juga: Benarkah Cacar Monyet Bisa Menular Melalui Hubungan Seksual?

Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menjelaskan, pemahaman yang baik terhadap infeksi cacar monyet dan kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa atau outbreak, menjadi modal utama dalam aspek pencegahan.

Menurut dia, upaya untuk menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi menjadi kunci pencegahan yang dinilai paling efektif saat outbreak, diiringi upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif melakukan karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.

Selain masyarakat, tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien agar segera melakukan tindak lanjut dengan tes PCR (polymerase chain reaction).

Metode pemeriksaan virus cacar monyet melalui PCR dilakukan dengan mendeteksi DNA virus tersebut.

Tak hanya mengonfirmasi kasus dengan tes PCR, tenaga kesehatan diimbau segera melaporkan ke dinas kesehatan setempat agar bisa segera dilakukan surveilans dan tindakan lebih lanjut lainnya.

Baca juga: Cacar Monyet Mengancam Kesehatan Global, Bagaimana Persiapan Rumah Sakit Menghadapinya?

Penularan virus cacar monyet

Pada awalnya, penyakit cacar monyet bersifat zoonosis yang penularan utamanya melalui kontak manusia dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada mukosa maupun kulit hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tupai, tikus dan rodents lainnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi penularan antar manusia yang diduga sebagai akibat dari kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung melalui paparan droplet terinfeksi, lesi kulit, maupun benda yang terpapar cairan tubuh pasien.

Selain itu, dimungkinkan transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasenta, yang disebut infeksi cacar monyet kongenital, ujar Aditya.

Tidak hanya secara langsung melalui lesi atau cairan tubuh pasien terinfeksi, penularan cacar monyet juga bisa terjadi melalui daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak matang.

“Memakan daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak dengan matang juga dikatakan dapat menjadi metode penularan yang lainnya," ujar Adityo yang juga menjadi pengurus pusat PETRI (Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia).

Baca juga: Satu Pasien di Jawa Tengah Suspek Cacar monyet, Ini Klasifikasi Statusnya Menurut Kemenkes

Gejala cacar monyet

Penyakit cacar monyet memiliki periode inkubasi berkisar antara 5-21 hari dengan rata-rata 6-16 hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com