KOMPAS.com - Meski seringkali dianggap sepele, merokok baik konvensional (kretek) maupun elektrik (vape) bisa berdampak buruk bagi kesehatan saraf dan otak, terutama pada perokok usia anak-anak.
Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), dr Adisresti Dwiyacitta, Sp.N mengatakan menjelaskan bahwa hal ini karena nikotin yang terkandung pada rokok menyerupai beberapa neurotransmitter atau zat yang mengirimkan sinyal ke otak.
Kemiripan nikotin dengan neurotransmitter yang bernama asetilkolin membuat sinyal yang dikirimkan ke otak meningkat. Untuk mengimbangi peningkatan sinyal ini, otak lantas akan cara menurunkan reseptor asetilkolin.
Alhasil, otak pun menjadi bertoleransi terhadap nikotin, sehingga membutuhkan nikotin terus-menerus dalam jumlah yang lebih banyak.
Baca juga: Pengakuan Anak di Citayam Fashion Week, Sudah Merokok sejak 11 Tahun
Keinginan untuk menggunakan atau memakai nikotin secara terus menerus ini bisa berbahaya karena otak anak-anak terus berkembang hingga usia sekitar 25 tahun.
“Nikotin dapat mengganggu perkembangan otak remaja,” kata Adisresti kepada Kompas.com, Selasa (26/7/2022).
Berikut adalah 7 efek bahaya rokok terhadap otak remaja:
Ketika seseorang membentuk suatu memori baru atau mempelajari skill (keahlian) baru, terbentuk koneksi kuat (sinaps) antara sel-sel otak.
Sinaps iadalah tempat terjadinya perpindahan atau transfer sinyal saraf di otak. Sinaps ini bisa diibaratkan sebagai sinyal saraf yang berperan menghantarkan listrik, sedangkan neuron adalah kabel tempat listrik mengalir di otak.
Otak remaja seharusnya membentuk sinaps lebih cepat dibandingkan otak orang dewasa. Namun, pada perokok anak, pembentukan sinaps menjadi terganggu.
Alhasil, anak yang merokok bisa mengalami gangguan kemampuan mengatur atensi, belajar, mood, dan kendali impuls.
Baca juga: Ketua YLKI Ingatkan Pentingnya Pengawasan Perokok Anak di CFW, Kenapa?
“Nikotin juga dapat menyebabkan adiksi (candu),” kata Adiresti.
Kecanduan terjadi karena nikotin yang ada di dalam rokok, baik konvensional maupun elektrik, mengaktifkan sinyal dopamin yang menciptakan sensasi kesenangan. Akibatnya, otak belajar untuk menghubungkan penggunaan nikotin dengan perasaan senang.
“Sehingga dengan berhenti merokok, dapat menyebabkan gejala sementara putus nikotin, seperti merasa cemas atau depresi, gangguan tidur, sulit konsentrasi,” tambahnya.
Efek buruk lainnya yang bisa terjadi bagi anak-anak yang merokok adalah gangguan kognitif.