Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

87,52 Persen Sampah Plastik Fleksibel di Jakarta yang Masih Berakhir di TPA

Kompas.com - 19/07/2022, 10:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

"Kami berharap dengan adanya data riset Waste4Change ini, semua pihak bisa belajar dan bergerak demi mendukung berkurangnya timbulan sampah yang sulit didaur ulang,” tuturnya.

Pengendalian timbulan sampah di Indonesia

Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Eka Hilda menyebut, pengendalian sampah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) LHK P.75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah Oleh Produsen.

Peraturan Menteri itu bertujuan untuk mengendalikan timbulan sampah plastik fleksibel di Indonesia. Melalui peraturan ini juga, produsen diminta untuk melakukan pembatasan timbulan sampah, daur ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah.

Eka menambahkan, Peraturan Menteri LHK P.75 tahun 2019 sudah selaras dengan UNEA Resolution: End Plastic Pollution dan circular economy.

Dikatakannya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan mitra efektif dalam memantau penggunaan material plastik, lantaran adanya kebutuhan untuk perizinan penggunaan kemasan.

“Harapannya dengan adanya peraturan ini (Permen LHK P.75/2019), produsen bisa menyampaikan detail dan sifat bahan kemasan, serta dokumen perencanaan terkait upaya penarikan kembali dan pengumpulan sampah kemasan pasca-pakainya. Sehingga bisa mendorong penanganan sampah kemasan secara lebih terarah,” ucap Eka.

Baca juga: Sampah Plastik Bikin Pantai Lebih Panas di Siang Hari, Makin Dingin saat Malam

Bukan hanya pemerintah saja, sejauh ini sudah ada inisiatif dari komunitas maupun masyarakat yang ingin mencegah timbunan sampah plastik fleksibel. Misalnya, start-up Siklus Refill yang menawarkan layanan antar produk rumah tangga berbentuk curah langsung ke depan rumah konsumen demi mengurangi sampah kemasan.

Namun, menurut Marketing & Business Development Siklus Refill Jessica Bella tantangan saat ini adalah bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa produk yag ditawarkan asli.

"Semakin banyak orang yang tahu, lebih baik penerimaannya. Sebenarnya demand-nya lumayan tinggi terutama dari segi varian. Tapi, realitanya tidak semua produsen ready dengan demand yang tinggi terhadap produksi bulk ini,” paparnya.

Sementara dari sektor industri daur ulang, Mohamad Luthfi selaku Operational Manager Re>Pal mengungkapkan bahwa saat ini Re>Pal sedang mengembangkan teknologi untuk mendaur ulang sampah plastik fleksibel menjadi plastic pallet.

Dari yang sudah dicobakan, Re>Pal berhasil menggabungkan daur ulang sampah plastik fleksibel dengan plastik kresek dengan tingkat persentase plastik fleksibel mencapai 30 hingga 50 persen 

“Produk plastic pallet kami sudah dikirim ke Thailand dan Filipina, sedangkan di Indonesia juga sudah banyak perusahaan multinasional yang menggunakan produk Re>Pal seperti Unilever, Nestle, dan Indofood. Ini artinya memang sudah banyak produsen yang peduli dengan daur ulang produk mereka,” ungkap Mohamad.

Baca juga: Tolak Galon Sekali Pakai, Sampah Plastik Kian Mengancam Lingkungan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com