Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bob Tutupoly Meninggal Dunia, Simak Gejala, Penyebab hingga Pencegahan Stroke

Kompas.com - 05/07/2022, 17:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Penyanyi legendaris Bob Tutupoly tutup usia, Selasa (5/7/2022) di Rumah Sakit Mayapada. Sebelum meninggal dunia, selama ini Bob disebutkan mengidap penyakit stroke.

Kabar meninggalnya Bob Tutupoly ini juga disampaikan oleh pengamat musik, Stenley Tulung melalui unggahan foto beserta caption di laman media sosial Instagram-nya.

“RIP Om Bob Tutupoly. Terima kasih untuk semua yang sudah Oom Bob berikan untuk kita smua. Semoga lapang jalanmu menuju keabadian sejati,” tulis Stenley seperti dikutip Kompas.com, Selasa (5/7/2022).

Sebelumnya, pelantun “Widuri” itu diketahui sakit stroke dan dirawat di rumahnya.

Meskipun belum ada konfirmasi yang pasti apa penyebab utama meninggalnya Bob Tutupoly saat di rumah sakit tersebut, namun perlu kita belajar mengetahui mengenai beberapa hal mengenai penyakit stroke tersebut.

Apa itu stroke?

Penyakit stroke adalah kondisi saat aliran darah menuju otak terhenti, baik oleh sumbatan atau pendarahan. Tanpa adanya zat nutrien dan oksigen sel saraf menjadi rusak dan akhirnya mati. Kerusakan daerah otak tertentu menimbulkan gejala berbeda-beda.

Baca juga: 4 Cara Mencegah Heat Stroke Saat Olahraga di Tengah Cuaca Panas

Sampai saat ini diketahui bahwa stroke menjadi penyebab kecacatan dan kematian nomor satu di Indonesia. Bob Tutupoly meninggal dunia, sebelumnya penyanyi legendaris tersebut mengidap stroke.

Faktor risiko penyebab stroke

Faktor risiko penyakit stroke terbilang beragam. Namun, hipertensi merupakan salah satu faktor utama yang paling sering memicu seseorang mengalami stroke.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh Dokter Spesialis Saraf (Neurologist), dr Eka Harmeiwaty SpS dalam pemberitaan Kompas.com (12/12/2019).

“Hipertensi adalah faktor risiko paling sering menyebabkan terjadinya stroke iskemik dan stroke hemoragik,” ujarnya.

Dituturkan Eka, hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik dan stroke hemoragik melalui mekanisme yang berbeda.

Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi akan merusak elastisitas pembuluh darah di otak, dinding pembuluh darah menebal dan mempermudah terbentuknya plak.

Baca juga: Diabetes Bisa Sebabkan Stroke, Benarkah? Ini Penjelasan Dokter

Ilustrasi stroke pada pria, gejala stroke pada pria, penyebab stroke pada pria.Shutterstock/ChameleonsEye Ilustrasi stroke pada pria, gejala stroke pada pria, penyebab stroke pada pria.

Keadaan ini akan membuat lumen pembuluh darah menyempit dan tersumbat, akibatnya otak tidak bisa mendapat suplai oksigen dan nutrisi yang akan menyebabkan kerusakan hingga kematian sel saraf di otak.

Selain itu hipertensi kronis akan menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri yang lebih kecil, dan menyebabkan terbentuknya gelembung yang bisa pecah sewaktu-waktu.

Selanjutnya, darah yang keluar dari pembuluh darah akan menekan sel saraf di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan.

Tubuh mempunyai kemampuan mengabsorbsi darah, sehingga bila perdarahan tidak luas pemulihannya akan lebih baik dari stroke penyumbatan.

"Namun bila perdarahan luas akan berakibat fatal," tuturnya.

Baca juga: 3 Jenis Stroke dan Gejalanya

Selain hipertensi atau tekanan darah, berikut beberapa penyebab stroke lainnya yaitu sebagai berikut.

  • Pola makan tidak sehat
  • Merokok
  • Diabetes
  • Kelebihan berat badan (obesitas)
  • Obat-obatan (yang tidak digunakan sesuai petunjuk dokter)
  • Genetik (riwayat keluarga yang mengalami stroke atau tekanan darah tinggi)

Gejala stroke

Gejala stroke seringkali muncul secara mendadak. Meski progresivitasnya bisa bertahap atau langsung parah. Gejala yang muncul tersebut berhubungan dengan fungsi bagian otak yang terkena.

Baca juga: Apa Saja Perbedaan Stroke Ringan dan Stroke?

 

Namun yang paling sering ditemukan adalah sebagai berikut:

  • Kelumpuhan ekstremitas satu sisi
  • Kesemutan
  • Wajah mencong
  • Pelo.

Tidak hanya itu, gejala stroke juga bisa pula beberapa kondisi lainnya seperti berikut:

  • Gangguan bahasa
  • Gangguan memori
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan menelan
  • Suara sengau
  • Gangguan koordinasi
  • Ganguan keseimbangan

Selain itu, perubahan perilaku juga bisa terjadi. Pasalnya, stroke kerap dianggap sebagai gangguan jiwa.

Sepertiga pasien stroke mengalami pemulihan, sepertiganya mengalami kecacatan seumur hidur dan sepertiga lainnya meninggal dunia.

Baca juga: Gejala Stroke Ringan dan Cara Mengatasinya

Cara mencegah penyakit stroke

Hampir 80 persen kejadian stroke bisa dicegah dengan perilaku hidup sehat dan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Perilaku hidup sehat dapat dilakuaknd engan “CERDIK”, yaitu:

  • Cek kesehatan secara teratur
  • Enyahkan asap rokok
  • Rajin aktivitas fisik atau olahraga
  • Diet sehat gizi seimbang
  • Istirahat cukup
  • Kelola stres

Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan “PATUH”, yakni:

  • Periksa kesehatan secara berkala
  • Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat
  • Tetap diet sehat dan gizi seimbang
  • Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
  • Hindari merokok, minum-minuman beralkohol, dan zat karsinogenik

 Baca juga: Mengenal Stroke Non Hemoragik, Jenis Stroke yang Paling Sering Terjadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com