Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/06/2022, 07:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi yang dilakukan para peneliti dari Imperial College London menemukan, puasa intermiten bisa membantu menyembuhkan kerusakan saraf. Temuan ini pun menjadi harapan baru bagi dunia kedokteran.

Seperti dikutip dari Medicalxpress, Rabu (29/6/2022) dalam studi yang melibatkan tikus sebagai media penelitian, para peneliti mengungkap puasa intermiten mengubah aktivitas bakteri usus tikus dan meningkatkan kemampuan mereka untuk pulih dari kerusakan saraf.

Peneliti mengamati bakteri usus tikus meningkatkan produksi metabolit yang dikenal sebagai 3-Indolepropionic acid (IPA), yang diperlukan untuk regenerasi serabut saraf yang disebut akson--struktur seperti benang di ujung sel saraf, yang mengirimkan sinyal elektrokimia ke sel lain dalam tubuh.

Baca juga: Selain Meningkatkan Imunitas Tubuh, Puasa juga Menurunkan Risiko Stroke hingga Alzheimer

Bakteri yang menghasilkan IPA, Clostridium sporogenesis tersebut, ditemukan secara alami di usus manusia serta tikus, bahkan IPA juga ada dalam aliran darah manusia.

Itu mengapa mekanisme baru yang ditemukan pada tikus ini diharapkan juga berlaku untuk percobaan manusia di masa depan.

"Saat ini tak ada pengobatan untuk orang dengan kerusakan saraf selain rekonstruksi bedah yang hanya efektif dalam persentase kecil kasus. Hal ini mendorong kami untuk menyelidiki apakah perubahan gaya hidup dapat membantu pemulihan," kata Professor Simone Di Giovanni, penulis studi dari Imperial College London Department of Brain Sciences.

Puasa intermiten sebelumnya telah dikaitkan oleh penelitian lain dengan perbaikan luka dan pertumbuhan neuron baru—tetapi penelitian kami adalah yang pertama menjelaskan dengan tepat, bagaimana puasa dapat membantu menyembuhkan saraf,” paparnya.

Puasa sebagai pengobatan potensial

Dalam studi ini, peneliti menilai regenerasi saraf tikus di mana saraf sciatic, saraf terpanjang yang berjalan dari tulang belakang ke bawah kaki diputus.

Selanjutnya setengah dari tikus percobaan menjalani puasa intermiten (dengan makan sebanyak yang mereka suka diikuti dengan tidak makan sama sekali pada hari-hari tertentu). Sementara setengah tikus lainnya, bebas makan tanpa batasan sama sekali.

Diet ini berlangsung selama 10 hari atau 30 hari sebelum saraf tikus putus. Pemulihan tikus juga dipantau 24 hingga 72 jam setelah saraf terputus.

Baca juga: Puasa Bikin Awet Muda, Kok Bisa? Begini Penjelasannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com