Peltonen, et. Al, tahun 2014 juga menemukan bahwa pada para Ibu, stres terkait pekerjaan atau keluarga dan kurangnya bantuan dalam menangani masalah pengasuhan, terdeteksi sebagai faktor risiko untuk tindakan kekerasan yang parah terhadap anak sendiri.
Hal ini bisa menyebabkan baby blues syndrome, dan menambah faktor risiko untuk terjadinya kekerasan terhadap bayi atau anak.
Selain itu, Sandra Newman (2019) menyebutkan sepanjang sejarah pembunuhan bayi telah dikaitkan dengan kemiskinan dan status bayi yang rendah.
Ketika ditanya soal kemungkinan adanya baby blues syndrome dalam kasus pembunuhan bayi di Surabaya tersebut, Kasandra mengaku perlu ada pemeriksaan lebih lanjut terhadap pelaku.
"Sekali lagi untuk bisa menjawab kasus, harus ada pemeriksaan terhadap pelaku pembunuhan dalam hal ini ibu kandung dan ayah kandung, yang secara bersama-sama tentu ikut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup serta kesehatan fisik dan mental anak," jelasnya.
Ia menuturkan, menurut Smith dan Segal (2021) sebagian besar perempuan mengalami setidaknya beberapa gejala baby blues syndorme setelah melahirkan. Kondisi itu disebabkan perubahan hormon yang tiba-tiba usai melahirkan, dikombinasikan dengan stres, isolasi diri, kurang tidur, serta kelelahan.
Dalam situasi ini mungkin sang ibu merasa kewalahan, dan rapuh secara emosional.
Baca juga: Cuti Melahirkan 6 Bulan, Apa Saja Dampak Baik bagi Kesehatan Ibu dan Bayi?
Umumnya, hal itu akan dimulai dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, memuncak sekitar satu minggu, dan berkurang pada akhir minggu kedua pasca persalinan.
Baby blues syndrome sendiri sangat normal terjadi, namun bila gejalanya tidak hilang setelah beberapa minggu atau memburuk, mungkin seseorang menderita psikosis postpartum atau psikosis pasca-persalinan.
Psikosis pasca-persalinan adalah gangguan yang jarang, tetapi sangat serius yang dapat berkembang setelah melahirkan, ditandai dengan hilangnya kontak dengan kenyataan.
Lantaran risiko tinggi untuk bunuh diri atau pembunuhan bayi, rawat inap biasanya diperlukan untuk menjaga keselamatan ibu dan bayinya.
Psikosis postpartum berkembang secara tiba-tiba, biasanya dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, dan kadang-kadang dalam 48 jam. Gejalanya meliputi:
"Apakah ini terjadi pada kasus yang sedang dibahas, tentu harus dilakukan dengan pemeriksaan," papar Kasandra.
Baca juga: Cegah Stunting Sejak Bayi dalam Kandungan, Begini Saran Dokter