Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Inovasi yang Kolosal

Kompas.com - 24/06/2022, 18:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Syafrizal Maludin

Innovations that pull are inherently network-based (Tim Kastelle, 2010)

Bisakah kita berdiri diatas kaki sendiri? Begitu pertanyaan retorika yang diajukan Megawati dalam Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) pada hari Rabu 1 Juni 2022.

Jawaban optimisnya adalah bisa. Optimis maksudnya, jika diambil dari pendekatan Benefits Opportunities Costs and Risks nya Thomas Saaty (1926 – 2017) adalah keadaan yang tidak melibatkan Resiko.

Sehingga terbuka manfaat, peluang dengan biaya tanpa risiko untuk mencapainya.

Tulisan ini mengupas bagaimana kemungkinan kemandirian dan peningkatan daya saing bangsa, yang bertumpu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pertanyaan ini tidak tanpa dasar. Pada Bincang Pembangunan dengan topik “Menghadapi Krisis Utang Negara-negara Berkembang di Masa Pandemi Covid-19 dan Krisis Russia-Ukraina” pada 25 Mei 2022 disampaikan pentingnya transformasi kegiatan potong, gali, panen, dan jual, pada kegiatan ekonomi yang lebih inovatif.

Baca juga: Mimpi Merdeka Meneliti

Namun, itu bukan berarti para peneliti tidak pernah melakukan kajian dan mengusulkannya untuk diaplikasikan sebagai solusi permasalahan di mikro, messo, maupun makro.

Seperti untuk kemandirian energi, misalnya, Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Aplikasi penelitian yang telah dilakukan antara lain, mikrohidro, energi panel surya, koleksi super-mikroba, lumut atau super-shorgum untuk rafinasi hayati.

Begitu juga dengan sektor pangan. Sebetulnya bisa saja kita mandiri gandum, garam, dan gula. Tapi apa permasalahannya?

Rumpun Studi Inovasi

Mendalami rumpun inovasi teknologi ternyata unik dan menarik. Calon mahasiswa memilih kurikulum inovasi yang mana yang akan didalami.

Ada yang untuk bisnis dengan kurikulum; daftar literatur wajib; dan syarat mata kuliah yang harus sudah lulus ditempuh dengan nilai A, misalnya.

Ada juga program untuk mempelajari perkembangan ekonomi Inovasi. Seperti di The University of Queensland Australia, ada dua kurikulum untuk rumpun inovasi.

Yang pertama adalah Master Technology Innovation Management yang mempelajari cara pengelolaan riset dan pengembangan produk baru dan proses komersialisasi.

Program kedua adalah Economics of Innovation and Entrepreneurship yang mempelajari ranah ekonomi evolusionari (Schumpeterian).

Program pertama disusun untuk kebutuhan pengelolaan inovasi di sektor pemerintah dan swasta.

Jangan heran jika program ini banyak diisi oleh mahasiswa Doktoral, yang ingin mendalami mata kuliah seperti komersialisasi riset atau kewirausahaan teknologi.

Latar belakang yang dipersyaratkan adalah Mahasiswa dengan latar belakang ilmu pasti.

Program kedua tidak dipersyaratkan latar belakang ilmu pasti. Ranah lain yang banyak dipelajari adalah kebijakan riset dan inovasi.

Untuk yang ketiga ini bisa terdapat institusi besar yang memang mengkhususkan ini, seperti Science Policy Research Unit (SPRU) di University of Sussex, Inggris.

Penekanan pada program ini adalah kebijakan sains dan inovasi pada berbagai sektor dan masyarakat.

Jadi setidaknya, terdapat tiga teropong untuk memandang inovasi yaitu Inovasi teknologi, ekonomi inovasi, dan kebijakan inovasi.

Teori dan praktek inovasi juga bisa diacu dari banyak sumber. Misalnya dari Social Contract; Business Model Innovation; Global Value Chain; Technology Transfer; Triple Helix; intellectual property management; Open Innovation; innovation leadership; Innovation strategy; technology foresight; technology forecasting; biosafety and recombinant; dan banyak lagi sesuai karakter ilmu ini yang dinamis.

Di sisi lain, buku-buku berisi resep-resep pengelolaan inovasi juga berlimpah, seperti innovation paradox, agenda setting, Science Technology and Innovation achievement.

Sehingga banyak pilihan mashab, teori, dan ramuan pengembangan inovasi yang bisa digunakan sebagai bahan baku perumusan kebijakan inovasi.

Baca juga: Riset dan Inovasi sebagai Sebuah Perjalanan, Bukan Suatu Tujuan

 

Arsitektur Kolosal: Pendekatan Sosio-Teknikal dalam Proses Inovasi

Dalam pemanfaatan hasil riset pertama yang terdokumentasi terjadi di University of Wisconsin-Madison melalui pengelolaan paten Professor Harry Steenbock yang dilisensikan pada perusahaan makanan, Quaker Oats pada tahun 1925.

Pemanfaatan hasil penelitian, disampaikan oleh Vannevar Bush dalam suratnya pada Presiden Roosevelt usai Perang Dunia II.

Menurutnya, investasi riset besar (big scientific investment) seperti untuk nuklir, riset kangker, antariksa, perlu untuk dikuasai dan dimanfaatkan pada aplikasi industri.

Baca juga: Telemedisin, Inovasi Teknologi di Masa Pandemi Covid-19 Mudahkan Layanan Kesehatan

Namun saat ini tidak bisa hanya pekerjaan sekelompok Peneliti pada masa era lone-inventor.

Petani bekerja di ladangnya, pengguna hasil pertanian butuh produk pertanian dengan kualitas terstandard dengan harga tertentu dan waktu pemenuhan yang tepat.

Di sinilah peran tengkulak yang mengumpulkan, berhubungan dengan perbankan, bermain dengan aturan rantai pasok, aturan pergudangan sampai produk bisa diterima oleh pabrik atau penggunanya seperti yang diharapkan.

Untuk peran ini, sayangnya, yang diterima mediator akan lebih besar dibandingkan produsen. Tapi, ini terjadi hampir disetiap transaksi besar.

Seperti komoditi dan produk untuk perdagangan internasional. Seperti pembangkit listrik yang membutuhkan batubara dan penambang batubara jika dipertemukan bisa jadi tidak terjadi transaksi.

Ada standar daya bakar, kemampuan dalam memenuhi permintaan, infratstruktur pendukung dan lainnya.

Di sinilah peran pemasok yang dengan modal yang besar dan risiko yang tinggi akan menyediakannya yang tentu jasanya tidak murah.

Setidaknya terdapat tiga syarat dapat diterimanya hasil teknologi oleh penggunanya.

1. Mutu dan kapastias produk. Di sini sudah tidak digunakan lagi kata teknologi. Hasil penelitian ini sudah melalui perlindungan Kekayaan Intelektual, pengujian keamanan, kelayakan fisik dan pasar.

Dia akan dibentuk untuk menjadi standar komersial, militer atau standar industri kedirgantaraan.

2. Harga. Penghitungan tekno ekonomis dan taksiran nilai kekayaan intelektual adalah Sebagian kecil dari penentuan harga produk.

Jika dibahan pangan, keadaan musim akan mempengaruhi biaya pergudangan dan distribusi. Atau dalam bisnis tambang, geopolitik dan krisis internasional bisa memengaruhinya.

3. Waktu. Jika produk yang terstandar dilengkapi dengan harga yang sesuai dengan yang disepakati, serta syarat administrasi yang layak sudah ada, masalah selanjutnya penentuan waktu.

Ketepatan dalam memenuhi syarat waktu bisa mengurangi risiko yang mahal harganya.

Industri tidak menunggu mendapatkan bahan baku yang terstandar dengan harga yang pasti dan ketersediaan yang tidak stabil.

Sehingga, harga mahal dengan memanfaatkan pihak ketiga menjadi bagian tidak terhindarkan, walaupun diadakan melalui ekspor.

Gilanya lagi, bahan baku itu berasal dari Indonesia, dikumpulkan di negara tentangga dan dijual dengan mutu, harga, dan kapasitas yang sesuai.

Baca juga: Setahun Covid-19 Indonesia Ini Inovasi Karya Anak Bangsa Lawan Pandemi Corona

 

Orang bekerja bagaikan hill climber and valley crosser. Mereka tidak hanya tekun menganalisa dan mengembangkan teknologi, tapi di saat yang sama dia akan berada di lapangan golf berbicara dengan petinggi partai politik, direktur kredit bank, atau pemilik modal.

Mereka juga bisa menyatu dengan kegiatan produksi di pabrik, bahkan mereka mampu memberikan pitch bisnis dan mempertahankan disertasinya (doctoral public defense).

Mereka ahli dalam membuat power point untuk webinar-webinarnya, sekaligus urusan lobi dengan bank, investor, membaca Letter of Credit (LC) dan Letter of Inquiry (LI).

Kompetensi politik merupakan salah satu dari tiga komponen penting dalam kapasitas kebijakan seperti yang disampaikan oleh Wu, Howlett, dan Ramesh (2018).

Baca juga: Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bagaimana agar Efektif dan Inovatif?

Dua komponen lain adalah kemampuan analitikan dan kemampuan operasional.

Sementara pelakunya juga terdiri dari tiga tingkatan yaitu individual, organisasional, dan sistemik.

Bauran ini yang membentuk kapasitas kebijakan yang perlu dipahami dalam pengembangan arsitektur inovasi yang kolosal.

Pengelola Riset dan Inovasi di Indonesia

Terdapat lebih dari 10 peraturan terkait riset dan pemanfaatannya sejak tahun 2002 di Indonesia.

Aturan terbaru berupa Peraturan Presiden nomor 78 Tahun 2021 tentang pembentukan Badan Riset Inovasi Nasional, yang merupakan bentuk baru aransemen kelembagaan riset di Indonesia.

Diharapkan tidak terlalu lama dalam penyusunan fondasi, struktur konstruksi, dan bangunannya, sehingga bisa diwujudkan peningkatan daya saing bangsa, peningkatan kualitas lingkungan hidup, dan ketahanan bencana, serta iklim berbasis hasil riset dan inovasi (Keputusan Kepala BRIN No. 1/HK/2022).

BRIN menjawab pertanyaan atas alur pengembangan inovasi teknologi. Inovasi bisa bersumber dari tiap aktor dan alurnya tidak selalu dari riset dasar menuju riset pengembangan.

Inovasi tidak bergerak dari pusat ke daerah. Pengelolaan riset dan inovasi saat ini ditempatkan pada alamnya.

Sebelumnya, salah satu upaya dalam mengintegrasi kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan dilakukan melalui program Konsorsium Riset Nasional. Pengelolaan menjadi lebih ramping dan dinamis.

Baca juga: Kemenkes Luncurkan 6 Inovasi Pembangunan Kesehatan, Apa Saja?

Integrasi ini layaknya Dokter pribadi yang dilengkapi akses dengan tim ahli dan laboratoriumnya.

Jika sebelumnya, permasalahan kesehatan pasien diselesaikan atas kepakaran, pengalaman, dan integritas ilmiahnya sendiri dan memerlukan tenaga, waktu, biaya untuk menghubungi tim ahli tertentu dan laboratorium, maka saat ini sudah berada pada satu struktur.

Pengembangan inovasi teknologi bisa digambarkan pada pagelaran Tari Pendet yang kolosal, bukan sekelompok manusia yang berbaris beraturan menuju satu arah.

Sekelompok penari pendet dengan manuver yang teratur elegan terdistribusi dari hentakan kaki, gerakan tangan, leher juga lirikan mata, dan kestabilan bokor yang dibawanya.

Jika struktur utama dan pendukung tarian ini tidak bekerja, maka performasi juga terhenti.

Begitu juga dengan arsitektur inovasi teknologi yang kolosal dengan menggunakan timbangan ilmiah yang tepat dan komunikasi yang seimbang.

 

Syafrizal Maludin

Peneliti pada Direktorat Perumusan Kebijakan Riset, Teknologi dan Inovasi (DPKRTI) –
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com