Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2022, 11:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit neuropati yang merupakan gangguan pada sistem saraf tepi dapat dialami siapa saja, baik mereka yang berusia lanjut maupun usia muda.

Menurut Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr Manfaluthy Hakim, Sp.S (K), data menunjukkan gejala neuropati mulai banyak dirasakan kalangan muda.

"Neuropati bisa terjadi dengan berbagai bentuk, mulai dari masa anak-anak pada penyakit herediter, dari bayi juga bisa, saat dewasa muda oleh karena didapat faktor lainnya," terang Manfaluthy dalam diskusi virtual memperingati Neuropathy Awareness Week 2022, Senin (20/6/2022).

Dipaparkannya, bahwa satu dari dua orang di atas usia 30 tahun mengalami neuropati, dengan kesemutan dan kebas menjadi gejala awal.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Jenis Neuropati Diabetik, Gangguan Saraf akibat Diabetes

Berdasarkan laporan, gejala neuropati paling banyak dialami masyarakat yang tinggal di kota-kota besar.

Mereka yang berusia 26 sampai 30 tahun pun banyak mengeluhkan gejala kesemutan, dan kebas di tangan maupun kaki.

Sayangnya, skrining penyakit tersebut relatif masih rendah, terutama pada neuropati tahap awal saja yang terdiagnosis hanya sekitar 30 persen. Sedangkan, sisanya 70 persen tidak terdiagnosis pada tahap awal.

Kemudian, studi yang dipublikasikan di International Journal Endocrinology tahun 2019, menyebut sebanyak 55 persen pasien neuropati datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam keadaan yang berat.

Hanya 19 hingga 26 persen pasien yang datang untuk memeriksakan diri dalam keadaan ringan sampai sedang.

"Ini yang menyebabkan neuropati masih seperti gunung es, karena tidak dilakukan skrining yang rutin. Sedangkan, diagnosis yang dibuat hanya berdasarkan keluhan," jelas Manfaluthy.

"Kalau keluhannya masih ringan cenderung seseorang tidak akan datang ke dokter. Pas keluhannya udah semakin memberat, gejala-gejalanya makin lengkap barulah akan datang ke dokter," lanjutnya.

Akibat pasien tidak terdiagnosis secara dini dan akurat itu, terapi untuk pengobatannya pun menjadi terlambat. Sehingga, pasien berisiko hidup dengan neuropati yang tidak bisa disembuhkan lagi.

Padahal, neuropati pada tahap awal bisa diobati, untuk memperbaiki kualitas hidup pasien. Mengutip studi tahun 2018, pemberian vitamin neurotropik pada pasien selama 12 pekan menunjukkan penurunan angka total symptom score (TSS) yang signifikan.

Pengobatan dini maupun pencegahan merupakan hal yang penting dilakukan untuk mencegah kerusakan saraf yang irreversible.

"Serabut saraf bisa melakukan regenerasi jika neuropati didiagnosis lebih awal," imbuhnya.

Baca juga: Awas, Sering Kebas dan Kesemutan Bisa Jadi Tanda Penyakit Neuropati

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com