Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Raya Idul Adha 2022 Berpotensi Berbeda? Ini Kata Peneliti Lapan

Kompas.com - 06/06/2022, 12:00 WIB
Mela Arnani,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah segera tiba. Selain shalat Idul Adha, momen ini diperingati umat Islam dengan penyembelihan hewan kurban.

Dalam kalender, Hari Raya Idul Adha jatuh pada 9 Juli mendatang. Namun, kemungkinan akan ada potensi perbedaan tanggal, yaitu 9 Juli atau 10 Juli 2022.

Hal tersebut disampaikan Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang.

Menurut Andi, potensi perbedaan tanggal dapat dijelaskan melalui analisis garis tanggal Hijriah maupun posisi bulan saat matahari terbenam.

“Garis tanggal Hijriah dibuat dengan memakai kriteria awal bulan kamariah yang berlaku di masyarakat. Saat ini ada dua kriteria utama yang digunakan di Indonesia yaitu kriteria wujudul hilal dan kriteria baru MABIMS,” ujar Andi kepada Kompas.com, Senin (6/6/2022).

Baca juga: Fenomena Langka 18 Tahun Sekali, Ini Waktu dan Cara Menyaksikan Konjungsi 5 Planet

Ia menjelaskan, kriteria wujudul holal yang digunakan Muhammadiyah berlandaskan pada kondisi bulan yang terbenam setelah matahari terbenam berapa pun ketinggiannya, selama di atas ufuk saat matahari terbenam.

Sementara itu, kriteria baru MABIMS berlandaskan pada batasan minimal untuk terlihatnya hilal (imkan rukyat atau ketampakan hilal), yaitu parameter fisis hilal yang dinyatakan dengan parameter elongasi (jarak sudut bulan-matahari) minimun 6,4 derajat dan parameter fisis gangguan cahaya syafak (cahaya senja) yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.

“Kriteria baru MABIMS saat ini digunakan Kementerian Agama dan beberapa ormas Islam, menggantikan kriteria lama MABIMS (2-3-8,3 derajat altitud, 3 derajat elogasi, dan 8 jam umur hilal dihitung sejak ijtimak/konjungsi solar/fase bulan baru geosentrik hingga matahari terbenam,” papar Andi.

Lebih lanjut, kriteria tersebut yang masih digunakan untuk penyusunan kalender 2022 di Indonesia.

Baca juga: Fenomena Langka 5 Planet Akan Sejajar Besok, Bisakah Terlihat dari Indonesia?

Adapun berdasarkan kriteria lama MABIMS maupun wujudul hilal, sebenarnya kondisi hilal di Indonesia telah memenuhi syarat. Ketinggian hilal bervariasi antara +0,78 derajat (Merauke) hingga +3,22 derajat (Sabang), sedangkan elongasi bervariasi antara 4,02 derajat (Jayapura) hingga 4,97 derajat (Sabang).

Ijtimak awal Zulhijjah 1443 H terjadi pada 29 Juni 2022 pukul 09.52 WIB, sehingga umur hilal bervariasi antara 5,65 jam (Merauke) hingga 9,08 jam (Sabang).

“Sehingga, Muhammadiyah dalam maklumatnya telah menetapkan 1 Zulhijjah 1443 H jatuh pada 30 Juni 2022 dan Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022,” ungkap Andi.

Demikian juga dengan takwim standar Indonesia yang masih memakai kriteria lama MABIMS, juga menetapkan Idul Adha tahun ini jatuh pada 9 Juli 2022, dikarenakan 1 Zulhijjah 1443 Hijriah jatuh pada 30 Juni 2022.

Namun, kondisi hilal seperti ini belum memenuhi kriteria baru MABIMS karena meskipun altitud sudah memenuhi 3 drajat di Aceh, tapi elongasinya belum memenuhi 6,4 derajat. Sehingga, ada kemungkinan 1 Zulhijjah 1443 H akan jatuh pada 1 Juli 2022 dan Idul Adha jatuh pada 10 Juli 2022.

Sementara itu, di Arab Saudi kemungkinan Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022. Hal ini berdasarkan ketinggian hilal di Observatorium Al-Hilal Mecca Clock Tower telah mencapai 5,60 derajat dengan elongasi mencapai 6,35 derajat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com