Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumbuhan Terbesar di Bumi Ditemukan di Australia, Seperti Apa?

Kompas.com - 03/06/2022, 18:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG


KOMPAS.com - Peneliti Australia telah menemuan apa yang mereka diyakini sebagai tumbuhan terbesar di Bumi. Mereka bahkan memperkirakan usianya setidaknya mencapai 4500 tahun.

Lalu seperti apa rupa tumbuhan terbesar di Bumi itu?

Dikutip dari Phys, Kamis (2/6/2022) tumbuhan yang dimaksud adalah lamun purba yang membentang sepanjang 180 km di perairan dangkal di Area Warisan Dunia Shark Bay.

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan laut dangkal.

Peneliti dari The University of Western Australia dan Flinders University mengungkapkan bahwa temuan tersebut bermula ketika mereka melakukan studi untuk memahami bagaimana keragaman genetik padang lamun di Shark Bay, serta tanaman mana yang harus dikumpulkan untuk restorasi lamun.

Baca juga: Tumbuhan Terkecil di Dunia, Lebih Kecil dari Sebutir Beras

"Kami sering mendapat pertanyaan berapa banyak tanaman berbeda yang tumbuh di padang lamun dan kali ini kami menggunakan alat genetik untuk menjawabnya," kata penulis senior dan ahli biologi evolusi dari The University of Western Australia, Elizabeth Sinclair dalam studi tentang temuan tumbuhan terbesar di Bumi ini.

Untuk menjawab pertanyaan itu, tim pun mengambil sampel pucuk lamun dari seluruh lingkungan variabel Shark Bay dan menghasilkan 18.000 penanda genetik.

"Jawabannya sungguh mengejutkan karena kami menemukan koloni lamun itu hanya berasal dari satu tumbuhan saja. Satu bibit tumbuhan itu telah berkembang lebih dari 180 km di Shark, menjadikannya tumbuhan terbesar yang diketahui di Bumi," tulis peneliti.

Penelitian tumbuhan terbesar di bumi di padang lamun Shark Bay, Australia ini pun menurut ahli ekologi Flinder University, Martin Breed menyajikan teka-teki ekologi yang nyata.

Baca juga: Penelusuran Jejak Keberadaan Tumbuhan Langka di Gunung Ungaran

"Tanaman tunggal ini sebenarnya mandul, tak memiliki kelamin. Bagaimana dapat bertahan dan berkembang begitu lama benar-benar membingungkan," katanya.

Tanaman yang tak memiliki kelamin cenderung telah mengurangi keragaman genetik yang biasanya mereka butuhkan saat berhadapan dengan perubahan lingkungan.

Jadi bagaimana satu bibit lamun itu akhirnya bisa berkoloni?

Menurut peneliti itu terjadi karena gennya sangat cocok dengan lingkungan lokalnya dan juga memiliki perbedaan genetik yang halus yang membantunya menghadapi lingkungan tempatnya hidup.

Baca juga: 6 Manfaat Padang Lamun, Tumbuhan yang Sering Terlupakan

Peneliti juga menduga keberhasilannya mengembangkan koloni yang besar karena padang lamun di Shark Bay ini memiliki kromosom dua kali lebih banyak yang berarti itu adalah poliploid.

"Tanaman poliploid sering berada di tempat dengan kondisi yang ekstrim, seringkali steril, tetapi dapat terus tumbuh jika dibiarkan tak terganggu dan lamun raksasa ini telah melakukan hal itu," ungkap Sinclair.

"Bahkan tanpa pembungaan dan produksi benih yang sukses, tanaman ini tampak sangat tangguh, mengalami berbagai suhu dan salinitas ditambah kondisi cahaya yang sangat tinggi, yang bersama-sama biasanya akan sangat membuat stres bagi sebagian besar tanaman," tambahnya.

Peneliti saat ini telah menyiapkan serangkaian percobaan di Shark Bay untuk memahami bagaimana tanaman ini bertahan dan tumbuh subur di bawah kondisi variabel seperti itu.

Padang lamun di Shark Bay, Australia disebut sebagai tumbuhan terbesar di Bumi. Studi terhadap tumbuhan tersebut telah dipublikasikan di Proceedings of the Royal Society B.

Baca juga: Jenis-jenis Tumbuhan yang Menunjukkan Keanekaragaman Tingkat Gen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com