Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinosaurus Berdarah Panas atau Dingin? Studi Baru Akhirnya Menjawab

Kompas.com - 28/05/2022, 13:00 WIB
Zintan Prihatini,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli paleontologi kini mengetahui bahwa sebagian besar dinosaurus yang pernah hidup jutaan tahun lalu berdarah panas.

Dengan demikian, temuan itu menjawab pertanyaan mengenai apakah dinosaurus berdarah panas atau dingin, yang menjadi misteri bagi para ahli.

Seperti dilansir dari Independent, Kamis (27/5/2022); peneliti menganalisis dua kelompok besar dinosaurus yakni saurischia (pinggul kadal) dan ornithischia (pinggul burung).

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 25 Mei 2022, para peneliti menemukan bahwa dinosaurus ornithischia termasuk Velociraptor, T-Rex, dan herbivora raksasa berleher panjang seperti Brachiosaurus adalah hewan berdarah panas.

Baca juga: Bagaimana Kepunahan Dinosaurus Mengubah Evolusi Tanaman, Studi Jelaskan

Sementara dinosaurus saurischia seperti Triceratops dan Stegosaurus, kehilangan kemampuan darah panasnya dan menjadi hewan berdarah dingin.

Penulis utama studi sekaligus peneliti postdoctoral di California Institute of Technology, Jasmina Wiemann mengatakan bahwa dia dan timnya menggunakan metode penelitian baru.

Mereka tidak menganalisis mineral yang ada dalam tulang, atau seberapa cepat dinosaurus tumbuh seperti yang dilakukan penelitian sebelumnya. 

Para peneliti mempelajari salah satu ciri dasar metabolisme, yakni bagaimana dinosaurus menggunakan oksigen.

Caranya dengan menganalisis tulang kaki dari 55 kelompok hewan yang berbeda termasuk milik dinosaurus. Kemudian, mereka menemukan bahwa tingkat metabolisme dalam tubuh dinosaurus umumnya tinggi.

"Pertanyaan apakah dinosaurus berdarah panas atau dingin adalah salah satu pertanyaan tertua dalam paleontologi, dan sekarang kami pikir kami memiliki konsensus, bahwa sebagian besar dinosaurus berdarah panas," katanya.

Wiemann menjelaskan, hewan berdarah panas umumnya disebut endoterm. Mereka mempertahankan suhu tubuh yang konstan dengan melepaskan energi dari proses metabolisme di dalam sel.

Hewan endoterm perlu makan lebih banyak makanan, dan hal inilah yang diyakini terjadi pada sebagian besar dinosaurus yang hidup lebih dari 66 juta tahun yang lalu.

Sementara itu, hewan berdarah dingin atau ektoterm tidak mengatur suhu tubuh mereka dengan cara ini.

Hewan itu mengandalkan energi dari lingkungan, seperti sinar matahari untuk mempertahankan suhu tubuh sehingga membutuhkan lebih sedikit makanan dalam bertahan hidup.

Hewan berdarah panas seperti burung serta mamalia menghirup banyak oksigen, dan perlu membakar banyak kalori untuk menjaga suhu tubuh mereka. Sedangkan hewan berdarah dingin seperti reptil cenderung makan dan bernapas lebih sedikit.

Dinosaurus berdarah dingin juga mungkin harus bermigrasi ke iklim yang lebih hangat selama musim dingin. Iklim mungkin merupakan penyebab beberapa dinosaurus ini bisa hidup," ungkap Wiemann. 

Seperti dilansir dari laman Natural History Museum, Rabu (25/5/2022) para peneliti menafsirkan bahwa hal itu sebagai bukti nenek moyang mamalia, plesiosaurus maupun ornithodirans berevolusi secara terpisah.

Beberapa keturunan hewan tersebut, mungkin telah kehilangan kemampuannya dan menjadi ektoterm atau hewan berdarah dingin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com