Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cacar Monyet Ditemukan di 16 Negara, WHO: Risiko Penyebarannya Masih Rendah

Kompas.com - 25/05/2022, 13:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber BBC


KOMPAS.com - Monkeypox atau cacar monyet telah diidentifikasi di 16 negara non-endemik. Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut risiko penyebaran penyakit cacar monyet pada populasi yang lebih luas masih rendah.

Berdasarkan laporan, ada lebih dari 100 kasus infeksi virus cacar monyet yang dikonfirmasi di Eropa, Amerika dan Australia. WHO pun memperkirakan akan ada peningkatan kasus cacar monyet di dunia.

Menurut Ahli Epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove, kondisi tersebut masih bisa dikendalikan.

Sebab, cacar monyet tidak mudah menular dari manusia ke manusia karena membutuhkan kontak fisik dekat. Risiko penyebaran cacar monyet, kata dia, lebih rendah dibandingkan Covid-19.

"Ini adalah situasi yang dapat dikendalikan. Kami ingin menghentikan penularan antarmanusia. Hal ini dapat kita lakukan di negara-negara yang tidak termasuk endemik penyakit," ujar Van Kerkhove dilansir dari BBC, Selasa (24/5/2022).

Baca juga: Cacar Monyet Ditemukan di Belasan Negara, WHO Lakukan Penyelidikan Epidemiologi

Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus monkeypox, yakni bagian dari genus Orthopoxvirus. Wabah cacar monyet ini termasuk penyakit endemik di negara-negara Afrika Tengah dan Afrika Barat.

"Penularan terjadi dari kontak kulit ke kulit, sebagian besar orang yang telah diidentifikasi cenderung mengalami penyakit ringan," terang Van Kerkhove.

Apabila terpapar, seseorang dapat menunjukkan beberapa gejala termasuk demam, nyeri kepala, muncul ruam atau bintik-bintik yang berubah menjadi lesi.

Biasanya gejala cacar monyet cenderung ringan, dan dapat hilang dalam rentang dua hingga empat pekan.

Belum ada bukti virus cacar monyet bermutasi

Sejauh ini, para ahli menegaskan belum ada bukti bahwa virus cacar monyet atau monkeypox yang telah menyebar di 16 negara tersebut telah bermutasi.

 

Baca juga: WHO Laporkan Cacar Monyet Sudah Teridentifikasi di 12 Negara, Mana Saja?

Ilustrasi cacar monyetShutterstock.com Ilustrasi cacar monyet

Pasalnya, ada sejumlah spekulasi terkait adanya mutasi yang terjadi terkait wabah penyakit cacar monyet di berbagai negara.

"Virus dalam kelompok ini cenderung tidak bermutasi dan cukup stabil," papar Kepala Sekretariat Urusan Cacar di Program Darurat WHO Dr. Rosamund Lewis

Senada dengan WHO, pejabat di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa Dr Andrea Ammon menyampaikan bahwa kemungkinan risiko penyebaran virus pada populasi dunia sangat rendah.

Kendati begitu, dia memperingatkan bahwa beberapa kelompok tertentu mungkin lebih berisiko terkena penyakit ini dibandingkan yang lain.

Baca juga: Kasus Cacar Monyet di Spanyol Terkait dengan Sauna

"Kemungkinan penyebaran virus terjadi melalui kontak dekat misalnya selama aktivitas seksual di antara orang-orang dengan banyak pasangan seksual," ungkapnya.

Penyebaran virus di beberapa negara diduga disebabkan oleh aktivitas seksual, walau cacar monyet sendiri bukan penyakit infeksi menular seksual.

Cacar monyet menular lewat kontak fisik dengan cairan tubuh dari manusia atau hewan yang sakit. Penularan cacar monyet juga dapat terjadi dari kontak fisik dengan benda, atau permukaan yang telah terkontaminasi.

Di sisi lain, negara-negara anggota sebelumnya meminta WHO untuk menyimpan stok vaksin cacar untuk mengantisipasi terjadinya wabah baru di kemudian hari.

Akan tetapi Lewis mengatakan stok itu mungkin perlu diperbarui, ditinjau kembali, dan WHO tengah melakukannya.

Baca juga: Amerika Serikat Akan Vaksinasi Kelompok Berisiko untuk Cegah Cacar Monyet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com