Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/05/2022, 10:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan, misalnya komplikasi penyakit jantung, ginjal, hingga stroke.

Pola makan yang tidak sehat termasuk mengonsumsi banyak garam, sering kali dikaitkan sebagai faktor risiko hipertensi.

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi sekaligus Advisory Board Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia Prof. dr. Rully M.A. Roesli, Sp.PD-KGH, PhD, menyampaikan terlalu banyak makan garam bisa menyebabkan hipertensi.

"Karena (makanan) yang asin-asin dan gurih, garamnya pasti tinggi. Padahal, garam yang diperkenankan oleh WHO hanya 5 gram per hari atau satu sendok teh satu hari. Maka itu, dari sekarang kurangi garam," papar Rully dalam webinar memperingati Hari Hipertensi Sedunia 2022, Selasa (17/5/2022).

Baca juga: Jangan Remehkan Hipertensi, 4 Organ Tubuh Ini Bisa Rusak akibat Komplikasi

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, sebanyak 29,7 persen orang Indonesia mengonsumsi makanan tinggi garam lebih dari 1 kali per hari.

Padahal, makanan yang mengandung banyak garam berisiko tinggi menyebabkan tekanan darah tinggi.

Garam sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh, namun kelebihan garam justru bisa berdampak berbahaya pada kesehatan.

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa (27/3/2018) kurang garam dapat menyebabkan natrium dalam sel rendah, lalu fungsi untuk menahan cairan dalam sel terganggu. Dampaknya tubuh bisa mengalami dehidrasi, maupun kehilangan nafsu makan.

Sebaliknya, konsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan.

Masuknya cairan ke dalam sel dapat mengecilkan diameter pembuluh darah arteri, sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang berakibat meningkatnya tekanan darah.

"Kalau jajan ingat jangan ditambahi terlalu banyak garam, kalau enggak sebelum umur 50-60 tahun sudah hipertensi nanti," imbuhnya.

Baca juga: Kapan Seseorang Dikatakan Hipertensi? Kenali Gejalanya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com