Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Laporkan 3 Kasus Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5, Apa Itu?

Kompas.com - 19/05/2022, 07:32 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNA

KOMPAS.com - Otoritas kesehatan Singapura melaporkan tiga kasus Covid-19 komunitas pertama dengan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) meningkatkan upaya pengawasan dan terus melakukan pemantauan penyebaran BA.4 dan BA.5 di negaranya.

Lantas, apa itu Omicron subvarian BA.4 dan BA.5?

Dilansir dari CNA, Rabu (18/5/2022) kedua varian ini pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan awal tahun 2022. Saat ini, varian BA.4 dan BA.5 telah menjadi strain dominan di negara tersebut.

Disebutkan, mutasi pada gen protein lonjakan dari kedua subvarian ini identik.

Menurut para ilmuwan Afrika Selatan, varian ini dapat menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya, tapi jauh lebih tidak mampu berkembang dalam darah orang yang divaksinasi Covid-19.

Lebih lanjut, dua varian tersebut mengandung mutasi pada protein lonjakan yang tampaknya memberikan sifat meloloskan diri dari kekebalan yang lebih besar dan transmisibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varian BA.1 dan BA.2.

Baca juga: Singapura Laporkan 134 Kasus Omicron Dalam Sehari

Penularan Omicron BA.4 dan BA.5 di Afrika Selatan dan Singapura

Saat ini Afrika Selatan mengalami lonjakan kasus Covid-19 baru yang didorong oleh dua subvarian, dengan angka melonjak dari rata-rata 300 per hari pada awal April menjadi sekitar 8.000 per hari di minggu ketiga bulan Mei.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), secara global setidaknya 1.000 kasus BA.4 dan BA.5 telah dilaporkan disetidaknya 16 negara pada 11 Mei 2022.

Kendati begitu, pengetahuan tentang varian ini masih terbatas, dan telah ditambahkan dalam daftar WHO untuk dilakukan pemantauan awal bulan lalu.

Sebuah penelitian di Afrika Selatan menyebutkan, penghindaran netralisasi membuat BA.4 dan BA.5 berpotensi menghasilkan gelombang infeksi baru. Tapi, sejauh ini tidak ada indikasi kedua varian ini berhubungan dengan gejala baru atau penyakit yang lebih parah.

“Masih terlalu dini untuk subvarian (Covid-19 Omicron BA.4 dan BA.5) tersebut, tapi sejauh ini kami tidak merasakan lebih banyak kasus penyakit parah,” ujar konsultan senior di divisi penyakit menular National University Hospital Profesor Dale Fisher, Singapura. 

Baca juga: Virus Corona Varian Omicron Terdeteksi di Malaysia dan Singapura

Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.freepik Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.

Gelombang kasus baru

Associate Professor Alex Cook, wakil dekan penelitian di Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Universitas Nasional Singapura menyampaikan, Singapura harus mengantisipasi gelombang Covid-19 di masa depan.

Kendati begitu, kemunculan varian baru bukanlah satu-satunya faktor yang dapat meningkatkan kasus baru.

“Ini kemungkinan disebabkan oleh penurunan kekebalan karena perlindungan terhadap infeksi berkurang dari waktu ke waktu atau karena mutasi virus menjadi lebih jauh dari kekebalan yang dimiki masyarakat,” tutur dia.

Ada kemungkinan subvarian dapat menyebabkan peningkatan kasus, tapi dalam kasus di Afrika Selatan, tiadak ada peningkatan keparahan dan kematian.

Assoc Prof Cook menuturkan, penemuan dua subvarian Omicron di Singapura tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Baca juga: Kasus Covid-19 Omicron Cenderung Banyak Terjadi Reinfeksi, Kok Bisa? Ini Penjelasannya

“Subvarian baru akan terus ditemukan dan pada akhirnya mengarah pada gelombang baru, tapi hal ini seharusnya tidak memicu kekhawatiran yang tidak semestinya,” kata dia.

Adapun langkah-langkah pembatasan sosial hanya diperlukan jika sistem perawatan kesehatan telah kewalahan.

Prof Fisher mengungkapkan, kemunculan varian baru menjadi satu hal yang wajar, dan sejauh ini belum memerlukan suntikan vaksin tambahan untuk melawan peningkatan kasus ringan.

Suntikan booster kemungkinan direkomendasikan jika terjadi lebih banyak rawat inap dan kasus parah di kelompok-kelompok tertentu seperti orang tua.

Adapun tiga kasus subvarian Covid-19 Omicron yang dilaporkan di Singapura tidak memerlukan rawat inap dan tidak menunjukkan gejala atau bergejala ringan seperti demam, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan. Ketiga pasien tersebut telah mendapatkan vaksinasi lengkap dan dosis booster.

Baca juga: Terinfeksi Covid-19 Omicron Gejala Ringan, Apa yang Harus Dilakukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNA
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com