KOMPAS.com - Garis keturunan atau subvarian Omicron BA.2.12.1 dilaporkan telah menyebar, di berbagai wilayah Amerika Serikat seperti New York dan New Jersey.
Subvarian BA.2.12.1 juga disebut telah meningkatkan kasus harian Covid-19 di tengah kemunculan dua subvarian Omicron, yakni BA.4 dan BA.5 di negara tersebut.
"BA.4 dan BA. 5 saat ini terdeteksi di Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Omicron BA.2 sedang meningkat di wilayah Timur Laut," ujar Direktur di Saint Mary's Hospital Dr Bayo Curry-Winchell.
"Strain Covid baru telah terbukti sangat menular, artinya Anda lebih mungkin untuk tertular jika terpapar, apalagi tidak divaksinasi (lengkap) dan booster (dosis ketiga). Di beberapa wilayah, BA.2.12.1 telah menjadi subvarian dominan," sambungnya.
Baca juga: WHO Lacak Subvarian Baru Omicron BA.4 dan BA.5, Seperti Apa Karakteristiknya?
Pada pertengahan April lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pun menyebutkan, sebanyak 66 persen kasus Covid-19 di New York dan New Jersey didominasi oleh subvarian baru virus corona itu.
Kendati demikian, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, bahwa masih terlalu dini untuk menilai apakah subvarian tersebut lebih parah dibandingkan subvarian Omicron sebelumnya.
"Tetapi data awal menunjukkan, vaksinasi tetap melindungi terhadap penyakit parah dan kematian. Cara terbaik untuk melindungi orang adalah vaksinasi, di samping upaya kesehatan masyarakat dan sosial yang telah dicoba dan diuji," papar Tedros dilansir dari Eat This, Kamis (12/5/2022).
Curry-Winchell mengungkapkan sejauh ini tampaknya subvarian baru virus corona mampu menghindari kekebalan yang dibentuk infeksi sebelumnya.
Akan tetapi, vaksinasi booster terbukti melindungi seseorang dari penyakit parah akibat infeksi bahkan kematian.
"Saat ini, kami melihat peningkatan jumlah kasus di seluruh negeri yang bisa mengakibatkan potensi lonjakan. Kabar baiknya adalah subvarian baru kurang mematikan, yang kami duga akan menyebabkan lebih sedikit rawat inap dan kematian," ucapnya.
Gejala subvarian BA.2.12.1
Sementara ini, Curry-Winchell menyebut bahwa subvarian BA.2.12.1 menyebabkan gejala di saluran pernapasan atas.
Gejala subvarian BA.2.12.1 sedikit mirip dengan varian Covid-19 lainnya, yang menyebabkan batuk, hidung tersumbat, dan pilek. Tak hanya itu, subvarian itu, menurut dia, menyebabkan gejala kelelahan.
"Satu hari Anda merasa normal dan hari berikutnya merasa sangat lelah adalah gejala awal awal yang umumnya dirasakan pasien dengan laporan Covid," kata Curry-Winchell.
Baca juga: Subvarian Omicron BA.2 Berisiko Sebabkan Infeksi Lebih Parah pada Anak, Studi Jelaskan
Kemudian, pasien yang terinfeksi subvarian BA.2.12.1 juga mengeluhkan gejala paling umum dari Covid-19 yaitu demam.
"Karena varian Covid sangat mudah menular, kemungkinan tertular semakin besar apalagi jika tidak divaksinasi," terangnya.
Oleh karena itu, Tedros juga mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi Covid-19 bagi mereka yang belum divaksin.
Sebab, lanjut dia, vaksin memberikan perlindungan terbaik terhadap infeksi yang bisa membahayakan kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan orang dengan penyakit penyerta atau komorbid.
Baca juga: Israel Temukan Kasus Infeksi Gabungan Omicron BA.1 dan BA.2 pada Manusia
Ia mengingatkan, bahwa hingga saat ini dunia masih menghadapi pandemi Covid-19, yang mengancam kesehatan masyarakat.
Sehingga, tindakan pencegahan dengan vaksinasi sangat penting untuk melindungi diri dari infeksi Covid-19.
"Pertama, memvaksinasi setidaknya 70 persen populasi setiap negara termasuk 100 persen kelompok paling berisiko (penting) untuk menyelamatkan nyawa, melindungi sistem kesehatan, dan meminimalkan kasus Covid yang berkepanjangan," tutur Tedros.
Dia juga menyoroti berbagai faktor seperti kapasitas operasional, kendala pendanaan, serta keragu-raguan karena kesalahan informasi atau disinformasi yang membatasi permintaan akan vaksin.
"Kami mendesak semua negara untuk mengatasi hambatan ini untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Saya khawatir bahwa antivirus yang sangat efektif masih tidak dapat diakses oleh orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.