Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/05/2022, 10:02 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Amerika Serikat berhasil menghidupkan lagi sel-sel mata dari donor (penyumbang) yang sudah meninggal dunia.

Penelitian dilakukan menggunakan mata hasil donasi untuk lebih memahami cara sel-sel saraf menyerah pada kekurangan oksigen, dengan mengukur aktivitas pada sel retina tikus dan manusia sesegera mungkin setelah kematiannya.

Dengan menyesuaikan beberapa lingkungan jaringan, penelitian ini mampu menghidupkan kembali kemampuan sel untuk berkomunikasi dalam waktu beberapa jam kemudian setelah meninggal.

Saat dirangsang oleh cahaya, retina post-mortem memancarkan sinyal listrik spesifik yang dikenal sebagai gelombang-b. Gelombang ini juga terlihat di retina orang yang masih hidup, artinya menunjukkan komunikasi antara semua lapisan sel makula yang memungkinkan untuk melihat.

Hal tersebut menjadi momen pertama kalinya mata donor manusia yang telah meninggal dunia merespons cahaya dengan cara tersebut, membuat beberapa ahli mempertanyakan sifat kematian yang tidak dapat diubah dalam sistem saraf pusat.

"Kami mampu membangunkan sel-sel fotoreseptor di makula manusia, yang merupakan bagian dari retina, bertanggung jawab atas penglihatan sentral dan kemampuan untuk melihat detail dan warna yang halus," jelas ilmuwan biomedis Fatima Abbas dari Universitas Utah seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (12/5/2022).

Baca juga: Mata Kering: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Mata yang diperoleh hingga lima jam setelah donor meninggal dunia, sel-sel merespons cahaya terang, cahaya berwarna, dan bahkan kilatan cahaya yang sangat redup.

Setelah kematian terjadi, dimungkinkan untuk menyimpan beberapa organ dalam tubuh manusia untuk transplantasi, termasuk organ mata. Tapi setelah sirkulasi berhenti, sistem saraf pusat secara keseluruhan berhenti merespons terlalu cepat untuk segala bentuk pemulihan jangka panjang.

Namun daerah dan jenis sel yang berbeda memiliki mekanisme bertahan hidup yang tak sama, membuat masalah kematian otak secara keseluruhan menjadi jauh lebih rumit.

Mempelajari bagaimana jaringan tertentu dalam sistem saraf mengatasi kehilangan oksigen, dapat memberikan informasi tentang memulihkan fungsi otak yang hilang.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan tahun 2018 oleh para ilmuwan di Universitas Yale, ilmuwan mampu membuat otak babi tetap hidup selama 36 jam setelah kematian.

Empat jam post-mortem, peneliti mampu menghidupkan kembali respons kecil meskipun tidak ada respons yang terorganisir atau secara keseluruhan yang dapat diukur dengan electroencephalogram (EEG).

Penelitian sel mata kembali dihidupkan setelah donor meninggal tersebut dicapai dengan menghentikan degradasi cepat neuron mamalia, menggunakan darah buatan, pemanas, dan pompa untuk memulihkan sirkulasi oksigen dan nutrisi.

Baca juga: Kenapa Mata Bengkak Setelah Menangis?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com