Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Covid Ditemukan dalam Tinja Pasien 7 Bulan Setelah Infeksi, Studi Jelaskan

Kompas.com - 29/04/2022, 07:35 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi baru mengungkapkan bahwa telah ditemukan virus Covid dalam tinja pasien yang terinfeksi virus corona. Para ilmuwan memperkirakan sebesar 11-18 persen orang yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi Covid-19 mengalami gejala gastrointestinal (GI) seperti mual, muntah, dan diare.

Penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Stanford Medical telah mendeteksi RNA SARS-CoV-2 dalam sampel tinja dari hampir 85 persen orang yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit tersebut.

Namun, sejauh ini masih belum diketahui secara pasti pasien Covid-19 bergejala ringan juga melepaskan RNA virus dalam kotorannya atau tidak.

Studi yang dilakukan menganalisis sampel tinja dari 113 orang dengan Covid-19 ringan hingga sedang. Terdeteksi fragmen RNA dari SARS-CoV-2 di kotoran dari sekitar setengah peserta dalam waktu seminggu setelah didiagnosis terpapar corona.

Setelah 4 bulan, peneliti tidak dapat mendeteksi RNA virus dalam usapan oral atau hidung dari subjek mana pun, tapi 12,7 persen dari sampel terus melepaskan RNA virus dalam kotorannya.

Bahkan, 3,8 persen dari semua peserta masih memiliki RNA virus Covid dalam kotorannya selama 7 bulan setelah diagnosis Covid-19.

Baca juga: Virus Covid-19 Bermutasi, Mengapa Tetap Harus Divaksin dan Taat Prokes?

Pasien atau peserta dalam studi ini yang mengeluarkan RNA virus Covid di tinja lebih cenderung memiliki gejala GI atau sakit perut yang menetap, seperti mual, sakit perut, dan muntah.

Kendati begitu, tidak ada hubungan antara diare dan keberadaan RNA virus.

Studi virus Covid pada tinja

Studi menggunakan data dari uji klinis di Stanford Medicine dari interferon lambda, yang merupakan pengobatan yang mungkin untuk Covid-19 ringan.

Percobaan melibatkan pengumpulan sampel tinja dan pernapasan dari pasien pada waktu tertentu setelah didiagnosis.

Sebagai informasi, obat yang diberikan tidak mempersingkat waktu pasien mengeluarkan virus dari saluran pernapasannya dibandingkan dengan plasebo.

Namun, ini memberikan data yang dibutuhkan untuk menyelidiki kemungkinan masih adanya hubungan antara pelepasan RNA virus SARS-CoV-2 yang berkelanjutan dalam tinja dan gejala GI.

Dalam makalah studi virus covid ditemukan dalam tinja ini, ilmuwan melaporkan beberapa keterbatasan penelitian seperti tidak dapat mengumpulkan sampel tinja dengan cara yang memungkinkan untuk memulihkan partikel virus yang layak.

Baca juga: Hasil Otopsi Tunjukkan, Virus Covid-19 Bisa Masuk ke Otak lewat Hidung

Ilustrasi virus corona, virus NeoCov ditemukan ilmuwan Wuhan, China, diklaim sebagai varian baru Covid (Neo Covid).SHUTTERSTOCK/Corona Borealis Studio Ilustrasi virus corona, virus NeoCov ditemukan ilmuwan Wuhan, China, diklaim sebagai varian baru Covid (Neo Covid).

Hal itu dikarenakan peserta menggunakan kit untuk mengumpulkan sampel secara mandiri dan kemudian mengirimkannya ke peneliti.

Untuk memastikan keamanan, kit dirancang untuk menonaktifkan virus. Namun, tercatat bahwa otopsi dan biopsi laporan telah memberikan beberapa bukti bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat menginfeksi usus.

Selain itu, peneliti menulis bahwa virus corona lain yang terkait erat dengan SARS-CoV-2 dapat menginfeksi jaringan pernapasan dan GI pada sapi dan manusia.

Apakah reservoir virus menyebabkan long covid?

Menurut peneliti, hasil studi menunjukkan SARS-CoV-2 menginfeksi usus, dan infeksi berlanjut pada beberapa individu yang mengalami gejala Covid-19 yang lama atau long covid.

"Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang menyebabkan long covid," kata penulis senior Dr. Ami Bhatt, yang merupakan profesor kedokteran dan genetika di Stanford Medicine di Stanford, CA seperti dikutip dari Medical News Today, Kamis (28/4/2022).

Ia menambahkan, kemungkinan long covid disebabkan oleh respons sistem kekebalan terhadap protein virus Covid di reservoir tersembunyi di seluruh tubuh.

Baca juga: Sinar UV dapat Membunuh Virus Covid-19, tapi Ada Syaratnya

 

Seperti misalnya, orang dengan long covid yang mengalami gejala kognitif atau dikenal sebagai “kabut otak”, dapat memiliki infeksi SARS-CoV-2 yang bertahan lama di sistem sarafnya.

Secara teori, fragmen RNA yang terdeteksi dalam tinja dapat berasal dari reservoir virus selain usus, tapi ini tidak mungkin terjadi.

“Satu hal menarik yang kami temukan adalah pelepasan GI berlanjut setelah saluran pernapasan dites negatif, jadi kami berpikir bahwa pelepasan usus akibat menelan virus lebih kecil kemungkinannya pada titik waktu selanjutnya setelah infeksi awal,” ujar Bhatt.

Lebih lanjut, komunitas mikroorganisme yang hidup di usus, yang secara kolektif dikenal sebagai mikrobioma usus, dapat membantu menentukan infeksi Covid-19 akibat virus SARS-CoV-2 dapat bertahan di sana atau tidak.

“Saya pikir ini adalah hipotesis yang menarik dan yang sedang kami dan yang lainnya sedang uji,” tutur Bhatt.

Peneliti berharap dapat menindaklanjuti penelitian ini dengan analisis mikrobioma usus pada individu yang berhenti mengeluarkan virus Covid SARS-CoV-2 dalam tinjanya dan yang terus mengeluarkan untuk jangka waktu yang lama.

Adapun para peneliti telah melaporkan temuan ini, virus covid ditemukan dalam tinja pasien Covid-19 setelah 7 bulan infeksi, dalam makalah pra-cetak di jurnalMed.

Baca juga: Peneliti Kelelawar Kamboja Lacak Asal-usul Virus Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com