Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2022, 09:02 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Komet adalah badan es dari gas beku, batu, dan debu yang tersisa dari pembentukan tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. 

Komet mengorbit matahari dalam orbit yang sangat lonjong yang dapat memakan waktu ratusan ribu tahun.

Menurut NASA, per September 2021, jumlah komet yang diketahui saat ini adalah 3.743. 

Meski demikian, diperkirakan masih ada miliaran komet mengorbit matahari di luar Neptunus di Sabuk Kuiper dan awan Oort, jauh di luar Pluto.

Terkadang, sebuah komet melesat melalui tata surya bagian dalam. Beberapa komet melakukannya secara rutin dan beberapa lainnya hanya sekali selama beberapa abad. 

Baca juga: Apa Perbedaan Komet dan Meteor?

Bagaimana ekor komet terbentuk?

Dilansir dari Canon Science Lab, komet terdiri dari batu, debu logam, dan debu beku yang berasal dari bahan yang mudah menguap.

Ketika jauh dari matahari, komet seperti batu yang berguling-guling di alam semesta. 

Tetapi, ketika mendekati matahari, panas matahari menguapkan gas komet hingga komet mengeluarkan debu dan partikel mikro (elektron dan ion). 

Bahan-bahan ini membentuk ekor komet yang alirannya dipengaruhi oleh tekanan radiasi matahari.

Terdapat dua jenis ekor komet yang memantulkan spektrum cahaya secara berbeda. 

Baca juga: Mengenal Komet Leonard yang akan Melintas Dekat Bumi Hari Ini

Salah satunya adalah jejak plasma, yang menarik garis lurus seperti sapu. 

Ekor plasma terdiri dari elektron dan ion yang terionisasi oleh radiasi ultraviolet matahari.

Ekor lainnya adalah ekor debu, yang terbuka seperti bulu pada sapu. Ekor debu terdiri dari partikel skala mikrometer. 

Ekor debu berbentuk lebar dan sedikit bengkok karena tekanan cahaya dari matahari dan aksi orbit inti komet.

Dilansir dari Space, sejumlah komet dapat dilihat dengan mata telanjang ketika mereka melewati matahari dari jarak dekat karena koma dan ekor komet yang memantulkan sinar matahari atau bahkan bersinar karena energi yang diserap dari matahari. 

Namun, kebanyakan komet terlalu kecil atau terlalu redup untuk dilihat tanpa teleskop.

Komet meninggalkan jejak puing-puing di belakangnya yang dapat menyebabkan hujan meteor di Bumi. 

Misalnya, hujan meteor Perseid yang terjadi setiap tahun antara 9 dan 13 Agustus ketika Bumi melewati orbit Komet Swift-Tuttle . 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com