Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RS Pondok Indah Group

RS Pondok Indah Group adalah grup rumah sakit swasta yang mengelola tiga rumah sakit, yakni RS Pondok Indah - Pondok Indah, RS Pondok Indah - Puri Indah, dan RS Pondok Indah - Bintaro Jaya. Ketiga rumah sakit ini didukung para dokter ahli dari berbagai disiplin ilmu serta mengadopsi teknologi medis terkini untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan terdepan.

Apakah Minum Obat Hipertensi Bisa Menyebabkan Ketergantungan?

Kompas.com - 22/02/2022, 17:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Halo Prof

Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter

Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com

KOMPAS.com - Seorang pembaca Kompas.com berinisial H dari Jakarta telah didiagnosis mengalami hipertensi pada usia 32 tahun. Namun, dia mengkhawatirkan ketergantungan obat bila mengonsumsi obat hipertensi secara terus-menerus. Dia pun bertanya ke subrubrik Halo Prof! Kompas.com:

"Selamat sore, Dok. Saya ibu rumah tangga dan baru memiliki satu anak. Pada usia 32 tahun, saya mulai mengalami hipertensi. Seingat saya waktu dicek, tekanan darah saya 150/100 dan saya dianjurkan untuk minum obat. Saat ini saya jarang minum obat hipertensi karena saya tidak ingin ketergantungan sama obat, tetapi saya minum jamu rebusan, apa boleh, Dok?

Dan saya juga ingin bertanya apa benar, Dok, kalau seseorang yang menderita hipertensi itu sangat berisiko untuk memiliki anak? Karena anak saya kan baru punya satu anak, Dok. Apakah berisiko kalau saya hamil lagi? Mohon penjelasannya, Dok. Terima kasih."

Baca juga: Tekanan Darah Naik saat di Rumah Sakit, Apakah Hipertensi? Ini Kata Dokter

Pertanyaan ini dijawab langsung oleh dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi dari RS Pondok Indah – Pondok Indah. Berikut paparannya:

dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi
RS Pondok Indah ? Pondok IndahRS Pondok Indah dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi RS Pondok Indah ? Pondok Indah

Halo Ibu H, terima kasih atas pertanyaannya, ya.

Hipertensi umumnya dikaitkan dengan proses degeneratif atau penuaan. Karenanya, jika hipertensi muncul pada usia yang masih cukup muda kurang dari 40 tahun atau bahkan di bawah usia 30 tahun, harus dicurigai adanya penyebab sekunder dari kenaikan tekanan darah tersebut. Misalnya apakah ada kelainan hormonal, autoimun, penyakit ginjal, dan sebagainya.

Jika penyebab sekunder dapat disingkirkan, maka akan dikelola sebagai hipertensi primer yang memang pengobatannya ditujukan untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi akibat hipertensi itu sendiri.

Pengobatan hipertensi merupakan kombinasi dari modifikasi gaya hidup seperti olahraga teratur minimal 30-40 menit sebanyak 5 kali dalam seminggu, diet rendah garam natrium dibatasi 2-3 gram per hari, tinggi buah dan sayur, serta rendah lemak. Jangan lupa untuk mengonsumsi obat antihipertensi.

Obat antihipertensi diberikan untuk memungkinkan pasien mencapai target tekanan darah, umumnya kurang dari 140 per 90 mmHg. Jika tekanan darah masih berfluktuasi atau tidak terkontrol, maka komplikasi kardiovaskular akibat hipertensi pasti akan mengancam, seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal, dan lainnya.

Dengan demikian, obat hipertensi wajib dikonsumsi secara teratur. Terapi pengobatan dapat dihentikan atau dikurangi dosisnya hanya atas konsultasi dengan dokter.

Baca juga: Perempuan Lebih Berisiko Mengalami Hipertensi Daripada Laki-laki, Apa Penyebabnya?

Mengonsumsi obat hipertensi bukan merupakan suatu ketergantungan, melainkan kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk dapat mencapai tekanan darah yang seoptimal mungkin untuk menjaga kesehatan otak, jantung, ginjal, mata, dan organ lain di tubuh.

Jadi tidak benar bahwa obat hipertensi akan menyebabkan gangguan organ, misalnya merusak ginjal. Justru obat hipertensi melindungi organ-organ tubuh dari kerusakan.

Jamu atau herbal bukan merupakan obat yang terbukti memiliki zat aktif yang dapat menurunkan tekanan darah dan melindungi fungsi organ. Bahkan penggunaannya mungkin dapat memperburuk fungsi organ, terutama ginjal dan hati. Sebaiknya Anda tidak mengonsumsi jamu atau herbal untuk menurunkan tekanan darah Anda.

Wanita dengan hipertensi dan berencana untuk hamil memang berisiko untuk terjadi komplikasi saat kehamilan, seperti pre-eklampsia. Karenanya, sebelum merencanakan kehamilan sebaiknya konsultasikan kondisi Ibu dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan dan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi.

Semoga jawabannya membantu. Terima kasih.

dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi
RS Pondok Indah – Pondok Indah

Punya pertanyaan terkait kesehatan yang membuat Anda penasaran? Ajukan pertanyaan Anda dengan mengisi formulir di laman ini. Pertanyaan yang terpilih akan dijawab oleh dokter atau ahli terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com