Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter
Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com
KOMPAS.com - Seorang pembaca Kompas.com berinisial H dari Jakarta telah didiagnosis mengalami hipertensi pada usia 32 tahun. Namun, dia mengkhawatirkan ketergantungan obat bila mengonsumsi obat hipertensi secara terus-menerus. Dia pun bertanya ke subrubrik Halo Prof! Kompas.com:
"Selamat sore, Dok. Saya ibu rumah tangga dan baru memiliki satu anak. Pada usia 32 tahun, saya mulai mengalami hipertensi. Seingat saya waktu dicek, tekanan darah saya 150/100 dan saya dianjurkan untuk minum obat. Saat ini saya jarang minum obat hipertensi karena saya tidak ingin ketergantungan sama obat, tetapi saya minum jamu rebusan, apa boleh, Dok?
Dan saya juga ingin bertanya apa benar, Dok, kalau seseorang yang menderita hipertensi itu sangat berisiko untuk memiliki anak? Karena anak saya kan baru punya satu anak, Dok. Apakah berisiko kalau saya hamil lagi? Mohon penjelasannya, Dok. Terima kasih."
Baca juga: Tekanan Darah Naik saat di Rumah Sakit, Apakah Hipertensi? Ini Kata Dokter
Pertanyaan ini dijawab langsung oleh dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi dari RS Pondok Indah – Pondok Indah. Berikut paparannya:
Halo Ibu H, terima kasih atas pertanyaannya, ya.
Hipertensi umumnya dikaitkan dengan proses degeneratif atau penuaan. Karenanya, jika hipertensi muncul pada usia yang masih cukup muda kurang dari 40 tahun atau bahkan di bawah usia 30 tahun, harus dicurigai adanya penyebab sekunder dari kenaikan tekanan darah tersebut. Misalnya apakah ada kelainan hormonal, autoimun, penyakit ginjal, dan sebagainya.
Jika penyebab sekunder dapat disingkirkan, maka akan dikelola sebagai hipertensi primer yang memang pengobatannya ditujukan untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah komplikasi akibat hipertensi itu sendiri.
Pengobatan hipertensi merupakan kombinasi dari modifikasi gaya hidup seperti olahraga teratur minimal 30-40 menit sebanyak 5 kali dalam seminggu, diet rendah garam natrium dibatasi 2-3 gram per hari, tinggi buah dan sayur, serta rendah lemak. Jangan lupa untuk mengonsumsi obat antihipertensi.
Obat antihipertensi diberikan untuk memungkinkan pasien mencapai target tekanan darah, umumnya kurang dari 140 per 90 mmHg. Jika tekanan darah masih berfluktuasi atau tidak terkontrol, maka komplikasi kardiovaskular akibat hipertensi pasti akan mengancam, seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal, dan lainnya.
Dengan demikian, obat hipertensi wajib dikonsumsi secara teratur. Terapi pengobatan dapat dihentikan atau dikurangi dosisnya hanya atas konsultasi dengan dokter.
Baca juga: Perempuan Lebih Berisiko Mengalami Hipertensi Daripada Laki-laki, Apa Penyebabnya?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.