KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa membuat prakiraan cuaca di Indonesia cukup sulit. Pasalnya, banyak tahapan yang perlu diperhatikan oleh forecaster (seorang prakirawan cuaca) dalam menentukannya.
Hal ini diungkapkan BMKG ketika menanggapi cuitan @infodrakor_id tentang drama Korea yang sedang viral saat ini, Forecasting Love and Weather.
"Sedetail itu bahasan cuacanya karena cakkanimnya sampe research selama 2 tahun di BMKG. Ternyata memprediksi cuaca itu sulitnya minta ampun. Drama ini dibumbui romance kantoran yang klimaks," tulis @infodrakor_id
Akun resmi BMKG @infoBMKG pun membalasnya dengan mengungkapkan bahwa pada kenyataannya memprakirakan cuaca memang sulit, termasuk cuaca Indonesia.
Baca juga: Viral Drakor Forecasting Love and Weather, BMKG Jelaskan Sulitnya Prediksi Cuaca Indonesia
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, A Fachri Radjab, mengatakan, faktor pembentuk cuaca atau dinamika atmosfer yang sangat kompleks itu dipengaruhi oleh letak geografis dan bentuk topografi yang beragam. Alhasil, setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang berbeda-beda.
"Selain itu, posisi Indonesia yang berada di ekuator atau khatulistiwa juga menambah kompleksitas dinamika atmosfer kita," kata Fachri kepada Kompas.com, Senin (14/2/2022).
Dalam membuat prakiraan cuaca, BMKG akan menganalisis berbagai data dan fenomena, mulai dari fenomena global seperti El Nino atau La Nina, dan Dipole mode sampai skala reginonal seperti siklon tropis dan monsoon hingga skala lokal seperti angin darat-laut, angin gunung-lembah.
Dalam tulisan "Akurasi Prediksi Curah Hujan Harian Operasional di Jabodetabek: Perbandingan dengan Model ERF" karya Indra Gustari, Tri Wahyu Hadi, Safwan Hadi, dan Findy Renggono; dijelaskan bahwa prakiraan cuaca merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui kondisi cuaca yang akan datang berdasarkan kondisi cuaca terakhir dan lampau.
Prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG dibuat berdasarkan hasil pengamatan cuaca terakhir, analisis hasil luaran model resolusi rendah, dan pengalaman prakirawan dalam menganalisis cuaca.
Baca juga: Adanya 3 Pola Hujan Bikin Suhu di Jawa Kebalikan dengan Kalimantan
Penggunaan kemampuan analisis dan pengalaman prakirawan dalam memberikan penilaian terhadap prediksi cuaca menyebabkan prakiraan cuaca digolongkan sebagai metode subyektif.
Selain menggunakan analisis prakirawan. Prakiraan cuaca di suatu wilayah juga menggunakan berbagai alat antara lain:
1. Radar cuaca digunakan untuk memonitor pergerakan awan, curah hujan, jenis awan, intensitas curah hujan secara real time pada suatu daerah dengan jangkauan 250 kilometer.
2. Lightning Detector atau pendeteksi petir merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi kejadian petir termasuk tipe petir.
3. Automatic Rain Gauge (ARG) dikenal sebagai penakar hujan otomatis. Alat ini digunakan untuk mengukur curah hujan di satuan waktu.
4. Automatic Weather Station (AWS) merupakan alat untuk mengukur unsur-unsur cuaca secara otomatis. Unsur yang diukur berupa suhu, angin, kelembapan, radiasi matahari, curah hujan, dan tekanan udara. AWS diletakkan di wilayah yang berada di luar jangkauan stasiun pengamatan.
Baca juga: Turun Hujan Saat Cuaca Panas, Kenapa Bisa Terjadi? Ini Penjelasan Sains