Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Badai Matahari Terjang Satelit Starlink, Ilmuwan Pantau Cuaca Luar Angkasa

Kompas.com - 12/02/2022, 10:01 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Space

KOMPAS.com - Para ilmuwan menyebutkan bahwa badai matahari yang terjadi pada Januari 2022 lalu, akan kembali terulang di kemudian hari. Badai Matahari telah memberikan dampak besar terhadap cuaca luar angkasa.

Meningkatnya aktivitas matahari ini pun menjadi perhatian serius bagi para ahli, terkait risiko badai geomagnetik dari matahari terhadap satelit maupun teknologi lainnya di luar angkasa.

Oleh karena itu, mereka mulai memantau cuaca di luar angkasa usai beberapa aktivitas matahari yang terjadi.

"Cuaca luar angkasa memengaruhi satelit dengan cara yang berbeda," ujar Bill Murtagh, Koordinator Pusat Prediksi Cuaca Antariksa di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dilansir dari Space, Kamis (9/2/2022).

Menurut Murtagh, badai matahari atau Coronal Mass Ejection (CME) merupakan kejadian yang biasa terjadi. Badai matahari, kata dia, diakibatkan oleh aktivitas siklus matahari.

Saat fenomena itu berlangsung, gelombang geomagnetik yang melepaskan partikel energi matahari dapat mengganggu satelit ataupun perangkat Bumi di luar angkasa.

Baca juga: Badai Matahari Menerjang Bumi, Sebabkan Kekacauan Sinyal Radio di Rusia

 

Bahkan, pada Selasa (8/2/2022) SpaceX melaporkan setidaknya 40 dari 49 satelit Starlink rusak dan terbakar akibat diterjang badai geomagnetik, yakni badai Matahari yang memengaruhi cuaca luar angkasa.

Hampir seluruh satelit internet Starlink itu juga tercatat sudah memasuki atmosfer Bumi.

Di sisi lain, Murtagh juga mengkhawatirkan risiko terjadinya badai matahari akan lebih banyak dalam beberapa tahun ke depan selama siklus matahari.

"Aktivitas matahari selama dua hingga tiga tahun terakhir sudah sangat jarang. Tetapi selama setahun terakhir, kami melihat ada peningkatan. Kami memperkirakan aktivitas matahari maksimum berlangsung pada tahun 2025," terangnya

"Jadi kami (ilmuwan) memantau peningkatan aktivitas cuaca luar angkasa," lanjut dia.

Badai Matahari tak hanya mengganggu satelit saja, menurut Murtagh peningkatan aktivitas matahari terhadap cuaca luar angkasa juga berpotensi dapat memengaruhi dunia penerbangan, maupun teknologi lainnya seperti jaringan listrik.

Baca juga: Mengenal Badai Matahari yang Jatuhkan Satelit Internet Starlink Milik SpaceX

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com