Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Ribu Batuan Meteorit Terkubur di Antartika, Studi Jelaskan

Kompas.com - 29/01/2022, 11:01 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Space


KOMPAS.com - Sebuah program kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang diciptakan sekelompok peneliti, mendeteksi keberadaan ratusan ribu batuan luar angkasa, meteorit, di wilayah Antartika.

Tim peneliti yang berasal dari Belgia itu menduga bahwa dua pertiga dari seluruh meteorit yang ditemukan di Bumi sebelumnya berasal dari Antartika.

Hal ini dikarenakan Antartika merupakan tempat yang sangat dingin dan kering, sehingga ketika batuan luar angkasa terjatuh kondisinya masih sangat baik.

Dilansir dari Space, Rabu (26/1/2022) sebagian besar meteorit di Antartika yang terperangkap es sering kali berakhir di lautan.

Namun, beberapa dari batuan luar angkasa tersebut berada di permukaan lapisan es pada area itu yang dikenal dengan sebutan blue ice atau es biru.

Baca juga: Meteorit Pelangi Ditemukan di Kosta Rika, Batuan Luar Angkasa Langka

 

Apabila perkiraan para peneliti terkait lebih dari 300.000 batuan meteorit yang terkubur di Antartika benar, maka objek ini bisa tetap ditemukan di permukaan es biru.

Tempat ini merupakan area yang memudahkan peneliti lebih mudah untuk menemukan batuan meteor selama pencarian di lapangan.

Kemudian, para peneliti juga menjelaskan bahwa hampir semua batuan luar angkasa terkubur di Antartika yang ditemukan hingga sekarang berasal dari permukaan tersebut.

Namun, area es biru ini biasanya ditemukan karena ketidaksengajaan. Sehingga, dengan adanya sistem AI, tim peneliti dapat memprediksi beberapa area yang belum sempat dijelajahi.

"Kami menemukan sejumlah area yang belum dijelajahi dengan potensi yang besar untuk menemukan meteorit," papar ahli glasiologi dari Free University of Brussels di Belgia, Veronica Tollenaar.

Menurut studi batuan meteorit terkubur di Antartika yang telah dipublikasikan di jurnal Science Advances pada Rabu (26/1/2022) lalu itu, para peneliti menggunakan perangkat lunak kecerdasan buatan untuk menganalisis data satelit dari seluruh permukaan Antartika.

Baca juga: Batuan Tertua di Bumi Terbentuk karena Dampak Meteorit

 

Ilustrasi meteorit, meteor jatuh ke BumiShutterstock Ilustrasi meteorit, meteor jatuh ke Bumi

Dengan begitu, mereka dapat mengidentifikasi zona yang paling berpotensi menampung meteorit yang belum ditemukan sebelumnya.

Tim tersebut menuturkan, pemrograman ini didasarkan dari penyamaan dengan area di mana para ahli telah menemukan batuan luar angkasa.

Program AI ini diklaim dapat mengidentifikasi hampir 83 persen wilayah Antartika yang mengandung banyak meteorit dengan sangat akurat.

Secara keseluruhan, perangkat tersebut dapat menemukan lebih dari 600 zona yang kemungkinan besar menyimpan meteorit di benua ini.

Sementara itu, temuan terbaru menunjukkan lebih dari 45.000 meteorit yang ditemukan dari Antartika, hanya terdiri dari 5 persen hingga 13 persen dari keseluruhan meteorit.

Baca juga: Meteorit Langka Berusia 4,6 Miliar Tahun Ditemukan di Bekas Jejak Kuda

 

 

Artinya, akan ada lebih banyak batuan luar angkasa di Antartika yang bisa digali.

"Perhitungan kami menunjukkan bahwa lebih dari 300.000 meteorit masih ada di permukaan lapisan es," ujar Tollenaar.

Walaupun program AI 83 persen akurat untuk mengidentifikasi adanya batuan meteorit terkubur di Antartika, Tollenaar berkata bahwa tim peneliti tetap perlu melakukan pengecekan ulang secara langsung di wilayah yang sudah ditentukan.

Dia menambahkan, data yang telah terkumpul diharapkan dapat membantu menyempurnakan program AI agar bekerja dengan lebih baik di masa depan.

Baca juga: Dampak Meteorit pada Bumi Selama 500 Juta Tahun Terakhir Terlacak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com