Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Letusan Gunung Krakatau 1883 dan Anak Krakatau 2018, Studi Ungkap Perbedaannya

Kompas.com - 21/01/2022, 16:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau tengah menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia. Mengingat gunung api ini masih aktif sampai sekarang, dan sempat mengguncang dunia karena letusan dahsyat yang terjadi pada tahun 1883 dan 2018.

Krakatau atau Krakatoa dalam bahasa Inggris adalah gunung berapi yang masih aktif dan terletak di Pulau Rakata, yang berada di perairan Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatera.

Meskipun dua kali terjadi letusan yang besar, ternyata penyebab ledakan dahsyat kedua peristiwa itu berbeda. Berikut penjelasan ahli.

1. Letusan Gunung Krakatau 1883

Sejarah Gunung Krakatau telah dikenal dunia sejak letusan terbesarnya pada 1883. Dikutip Harian Kompas (26/1/2018), letusan itu merupakan yang terkuat dalam sejarah, dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).

Letusan itu hanya kalah dari letusan skala 7 Gunung Tambora pada 1815 dan letusan skala 8 Gunung Toba di Sumatera Utara, 74.000 pada 2017.

Letusan Gunung Krakatau disebut berkekuatan 21.574 kali daya ledak bom atom meleburkan Hiroshima (De Neve, 1984).

Baca juga: Ahli Sebut Longsor Mungkin Jadi Penyebab Letusan Gunung Tonga, Mirip Anak Krakatau 2018

Akibat letusan Gunung Krakatau, tak hanya melenyapkan Pulau Krakatau, tetapi letusan dahsyat gunung berapi itu menghancurkan kehidupan di pesisir Banten dan Lampung.

Kengeriannya dilukiskan catatan pribumi, seperti "Syair Lampung Karam" yang ditulis Muhmmad Saleh dan catatan kolonial.

Diberitakan Harian Kompas (27/8/1981), letusan itu terjadi pada 27 Agustus pukul 10.52 pagi. Letusannya terdengar hingga Singapura dan Australia. 

Sedikitnya 36.417 orang meninggal dan hilang terseret gelombang atau tertimbun bahan letusan yang dimuntahkan gunung tersebut. 

Letusan gunung api yang dahsyat itu merupakan puncak dari rangkaian ledakan yang terjadi sejak 20 Mei 1833. 

Ketika itu Anak Krakatau meletus dengan memuntahkan abu gunung api dan uap air yang dilontarkan ke udara setinggi 11 km dari Kawah Perbuatan.

Suara ledakan saat Gunung Anak Krakatau meletus saat itu terdengar hingga 200 km. Intensitas bertambah pada tanggal 26 Agustus dan mencapai puncaknya pada Senin 27 Agustus. 

Baca juga: Mengenal Potensi Tsunami Selat Sunda dan Letusan Gunung Krakatau di Masa Lalu

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com