Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/01/2022, 17:31 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Secara geografis, Indonesia berada di wilayah lingkaran api pasifik atau cincin api Pasifik, yang merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Eurasia. Tak heran jika gempa bumi sering terjadi di Indonesia.

Pertemuan lempeng-lempeng tersebut menghasilkan tumpukan energi. Kondisi ini membuat wilayah Indonesia rawan akan bencana gempa bumi.

Melansir Kompas.com, 17 Januari 2022, pakar Tektonik Aktif Geologi Gempa Bumi dari Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Gayatri Indah Marliyani mengatakan bahwa gempa bumi masih akan sering terjadi dikarenakan letak Indonesia secara geografis mendukung potensi kemunculannya.

Daerah perbatasan lempeng bumi atau lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan daratan tinggi.

Berdasarkan analisis gempa bumi Indonesia, menurut dia, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertemuan lempeng yang aktif.

“Pertemuan lempeng di wilayah Indonesia tergolong yang paling aktif di dunia, sehingga memang kawasan Indonesia rawan bencana gempa bumi,” tutur Gayatri.

Baca juga: Kenapa Indonesia Sering Terjadi Gempa Bumi? Ahli Jelaskan

Mengenal lempeng tektonik penyebab gempa Indonesia

Penyebab Indonesia sering terjadi gempa bumi, karena adanya pertemuan lempeng bumi yang cukup aktif.

Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung di atas astenosfer yang cair dan panas, merupakan lapisan paling luar bumi. Sehingga, lempeng tektonik bebas bergerak dan saling berinteraksi.

Lapisan paling luar bumi, papar Gayatri, bersifat getas atau rigid dan terpecah-pecah menjadi bagian terpisah yang bergerak dengan arah dan kecepatan yang bervariasi. Sehingga, area lempeng-lempeng bumi berinteraksi, tekanannya sangat kuat mengakibatkan batuan di sekitarnya mengalami deformasi yang ditandani dengan kejadian gempa.

Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati, atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dirasakan oleh manusia, tapi terukur sebesar 0-15 cm per tahun.

Terkadang, gerakan lempeng macet dan saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung secara terus-menerus. Suatu saat, batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak kuat menahan gerakan itu, dan terjadi pelepasan mendadak yang dikenal sebagai gempa bumi.

Gempa bumi biasanya berlansung dalam waktu yang sangat singkat, lokasi kejadian tertentu, dan berpotensi terulang.

Sejauh ini, gempa belum dapat diprediksi dan berpotensi menimbulkan bencana. Gempa bumi di Indonesia atau di wilayah rawan gempa di mana pun, tidak dapat dicegah, tetapi dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi.

Baca juga: Belajar dari Potensi Gempa di Indonesia, Apa Itu Gempa Pembuka?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com