Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Pria Tendang Sesajen di Gunung Semeru, Dosen Filsafat: Sesaji adalah Tradisi

Kompas.com - 16/01/2022, 16:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang menampilkan seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur baru-baru ramai diperbincangkan warganet.

Pasalnya, dalam video viral yang diunggah sejak Selasa, (11/1/2022) terlihat pria tersebut melakukan aksinya dengan membuang serta menendang sesajen, kemudian menyampaikan pendapat pribadinya terkait sesaji tersebut.

Ini yang membuat murka Allah, jarang sekali disadari bahwa inilah yang mengundang murka Allah hingga menurunkan azabnya," kata berinisial HF itu.

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (15/1/2022) perwakilan dari GP Ansor telah melaporkan pelaku dengan dugaan tindak pidana ke Polres Lumajang.

Baca juga: Viral Artis Rawat Spirit Doll, Ini Sejarah Kepercayaan Boneka Arwah Menurut Pakar Budaya

Mereka melaporkan HF dengan pasal 156 KUHP tentang ujaran kebencian dan penghinaan terhadap suatu golongan.

Kemudian, pada Kamis (13/1/2022) sekitar pukul 22.40 WIB penendang sesajen di lokasi gunung semeru ditangkap polisi di rumahnya di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Menurut keterangan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jatim Kombes Totok Suharyanto, motif sementara HF melakukan aksinya karena tradisi sesajen tidak sesuai dengan apa yang dia yakini.

Terkait dengan aksi pria tendang sesajen di Gunung Semeru, Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Sartini mengungkapkan bahwa dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, tradisi sesajen kerap diartikan sebagai bentuk persembahan.

Persembahan ini biasanya ditujukan kepada Tuhan, dewa, roh leluhur, nenek moyang, maupun makhluk gaib. Dia menambahkan, tradisi sesaji atau sesajen sudah ada sejak sebelum Islam masuk, bahkan sebelum adanya agama Hindu dan Buddha di Indonesia.

Sesaji biasanya dikaitkan dengan ritual yang diadakan untuk tujuan tertentu. Oleh karenanya, benda-benda yang disiapkan untuk tiap sesaji dapat berbeda-beda. Masing-masing unsur dalam sesaji mempunyai filosofinya sendiri,” ujar Sartini dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/1/2022).

Baca juga: Berusia 2.000 Tahun, Lampu Minyak untuk Sesaji Ditemukan di Yerusalem

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com