Saat Bumi mengorbit matahari, sumbu miringnya selalu menunjuk ke arah yang sama. Sehingga, berbagai belahan Bumi mendapatkan sinar matahari langsung di sepanjang tahun.
Terkadang kutub utara miring ke arah matahari atau di sekitar bulan Juni, kemudian kutub selatan juga terkadang miring ke arah matahari, sekitar bulan Desember.
Sederhananya, kondisi tersebut menyebabkan musim panas di bulan Juni di bagian utara karena sinar matahari mengenai bagian Bumi secara langsung.
Sementara itu, di bulan Desember akan terjadi musim dingin di bagian utara, atau musim salju, dikarenakan pada saat tersebut kutub selatan yang miring ke arah matahari.
Pada saat Bumi berada dalam sudut 90 derajat menghadap ke matahari, maka bagian Bumi tersebut akan memasuki musim semi. Sedangkan bagian yang berada di sudut 90 derajat dan membelakangi matahari mengalami musim gugur.
Baca juga: Studi Baru Tegaskan Musim Panas Tak Berkaitan dengan Penyebaran Corona
Di sisi lain, posisi matahari yang memantulkan cahayanya ke permukaan Bumi juga menjadi penyebab Bumi memiliki banyak musim.
Saat musim panas, matahari berada di posisi tertinggi di atas kepala lalu cahayanya jatuh langsung ke tanah. Oleh karenanya, panas tersebut berpindah ke permukaan tanah.
Namun, saat musim dingin matahari berada di posisi yang lebih rendah di langit, menyebabkan tanah menyerap panas yang lebih sedikit.
Untuk diketahui, biasanya penduduk yang tinggal di wilayah yang dilewati garis khatulistiwa akan mengalami suhu yang hampir mirip di setiap tahun.
Misalnya di Indonesia yang lebih banyak mendapatkan cahaya matahari sepanjang tahun, ketika memasuki musim panas suhunya akan terasa lebih panas.
Baca juga: Mengenal Fenomena Winter Blue, Depresi saat Musim Dingin Tiba
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.