KOMPAS.com - Diabetes insipidus adalah kondisi kesehatan langka yang menyebabkan tubuh memproduksi banyak urin yang "insipid", yakni tidak berwarna dan tidak berbau.
Kebanyakan orang buang air kecil 1 sampai 2 liter per hari, namun orang dengan diabetes insipidus dapat buang air kecil antara 3 hingga 20 liter per hari.
Dilansir dari WebMD, berikut adalah beberapa hal yang penting diketahui tentang diabetes insipidus.
Tubuh membuat hormon vasopresin di bagian otak yang disebut hipotalamus.
Hormon ini disimpan di kelenjar pituitari dan bertugas memerintah ginjal untuk menahan air sehingga urin lebih terkonsentrasi.
Baca juga: CDC: Anak yang Terinfeksi Covid-19 Berisiko Terkena Diabetes
Ketika merasa haus atau sedikit dehidrasi, kadar vasopresin dalam tubuh akan meningkat.
Ginjal akan menyerap lebih banyak air dan mengeluarkan urin yang berwarna pekat.
Namun, jika sudah cukup minum, kadar vasopresin kembali turun dan urin yang keluar berwarna bening dan encer.
Ketika tubuh tidak bisa memproduksi vasopresin dalam jumlah cukup, kondisi ini yang disebut diabetes insipidus sentral.
Siapa saja bisa mengalami diabetes insipidus sentral, meski kondisi ini tidak umum.
Baca juga: 100 Tahun Lalu, Insulin Pertama Kali Obati Diabetes Remaja 14 Tahun
Jika tubuh memproduksi cukup vasopresin, tetapi ginjal tidak merespons sebagaimana mestinya, kondisi ini disebut diabetes insipidus nefrogenik.
Dalam kedua jenis diabetes insipidus tersebut, ginjal tidak dapat menyimpan air, jadi meskipun mengalami dehidrasi, ia akan mengeluarkan banyak urin yang pucat.
Terdapat beberapa gejala yang umum dialami oleh penderita diabetes insipidus, yakni:
Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Jenis Neuropati Diabetik, Gangguan Saraf akibat Diabetes
Perubahan gen yang diwarisi dari orang tua dapat membuat seseorang lebih mungkin terkena diabetes insipidus.
Kondisi ini mungkin terjadi pada 1 persen hingga 2 persen kasus.