KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mengeluarkan peta kawasan rawan bencana tsunami (KRBT) Kota Pariaman, Sumatera Barat pada Rabu (12/1/2022).
Kawasan rawan bencana tsunami itu, juga memuat risiko dampak jika terjadi dalam kategori ketinggian tsunami rendah, menengah hingga tinggi.
Peta kawasan rawan bencana tsunami ini, merupakan hasil pemodelan tsunami yang dilakukan di Kota Pariaman dengan menggunakan skenario sumber gempa bumi Megathrust di barat Pulau Sumatera.
Pemodelan tsunami ini dilakukan karena kawasan Kota Pariaman merupaka wilayah yang didominasi oleh pantai landai.
Baca juga: Korban Tsunami Kuno pada Sekitar 3600 Tahun Ditemukan di Turki
Dalam melakukan pemodelan ini, PVMBG menggunakan perangkat lunak ANUGA yang dikembangkan oleh Australian National University (ANU) dan Geoscience Australia (GA).
Pemodelan dilakukan pada tahun 2014 dengan waktu simulasi penjalaran tsunami selama 3 jam. Adapun, sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Data spasial Intermap resolusi 5m sebagai data topografi daerah target
2. Data spasial Gebco resolusi 924 m dan tcarta marine resolusi 90 m sebagai data batimetri
3. Data spasial SRTM 90 m, sebagai data topografi wilayah di luar daerah target
4. Administrasi dan infrastruktur dari data spasial rupa bumi Indonesia, Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Global Administrative (GADM)
5. Sebaran gempa dari International Seismological Centre (ISC) Catalogue
Dari hasil pemodelan tersebut didapatkan bahwa landasan tsunami terjauh mencapai 3,4 kilometer terjadi di pesisir Kecamatan Pariaman selatan.
Sedangkan, tinggi genangan maksimum mencapai 7.7 meter di Padang Brik-brik, Kecamatan Pariaman Utara.
Namun, PVMBG juga membagi beberapa risiko dampak dan kawasan rawan bencana tsunami tinggi ini dalam beberapa tingkatan. Berikut ulasannya.
Kawasan rawan bencana tsunami tinggi (high tsunami hazard zone) merupakan daerah yang akan berpotensi dilanda tsunami dengan ketinggian lebih dari 3 meter dengan skala intensitas tsunami VII MMI atau lebih, berdasarkan skala intensitas tsunami yang diusulkan pada tahun 2001 oleh Gerassimos Papadopoulos dan Fumihiko Imamura.
Jika tsunami terjadi dengan ketinggian 4 meter, maka dapat menyebabkan kapal kecil rusak, kapal besar terdorong ke darat, dan banyak bangunan kayu rusak.
Tidak hanya itu, material tsunami berukuran pasir hingga bongkah juga akan terendapkan di pantai.
"Ketika tinggi tsunami lebih dari 8 meter, dapat mengakibatkan kerusakan sangat parah pada daerah terlanda bahkan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanggul pantai, pemecah ombak dan jalur hijau," jelas PVMBG dalam keterangan resminya melalui akun Instagram @pvmbg_ yang diunggah Rabu (12/1/2022).
Baca juga: 6 Fakta Gempa Bumi NTT, dari Potensi Tsunami hingga Gempa Susulan
Kawasan rawan bencana tsunami menengah (moderate tsunami hazard zone) merupakan daerah yang berpotensi dilanda tsunami dengan ketinggian genangan sekitar 1-3 meter.
Umumnya, ketinggian tsunami dengan kisaran tersebut merupakan akibat dari gempa dengan skala intensitas V-VI MMI (skala Papadopoulos dan Imamura, 2001).
PVMBG menjelaskan, tsunami dengan ketinggian 3 meter dapat menyebabkan banyak orang ketakutan dan lari ke tempat yang lebih tinggi.
Selain itu, tsunami dengan ketinggian 3 meter juga berpeluang membuat kapal-kapal terdorong arus dan saling bertabrakan, kerusakan pada sebagian bangunan kayu dan sebagian besar bangunan masih bertahan.
Baca juga: Medan Magnet Tsunami dapat Menjadi Peringatan Dini Tsunami, Studi Jelaskan
Kawasan rawan bencana tsunami dalam kategori rendah (low tsunami hazard zone) adalah daerah yang berpotensi dilanda tsunami dengan ketinggian genangan air laut kurang dari 1 meter.
Kondisi itu setara dengan skala intensitas tsunami V atau lebih kecil daripada skala intensitas Papadopoulos dan Imamura (2001).
Namun, jika tsunami dengan ketinggian air kurang 1 meter ini terjadi, ini akan dirasakan oleh semua orang di kapal besar dan teramati di pantai.
Selain itu, juga akan membuat sebagian kecil orang ketakutan dan lari ke tempat yang lebih tinggi, kapal-kapal kecil bergerak cepat ke darat, beberapa diantara kapal itu bisa bertabarakan dengan yang lainnya dan terbalik. Serta, pasir terendapkan pada tempat tertentu.
Baca juga: Definisi Gelombang Tsunami dan Penyebabnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.