Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/12/2021, 09:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian B.1.1.529 atau Omicron diketahui lebih mudah menular dibandingkan varian sebelumnya.

Selain itu berdasarkan penelitian awal, varian Omicron diyakini tidak lebih ganas daripada varian Delta, gejalanya pun cenderung lebih ringan.

Oleh karena itu, para ahli berlomba-lomba untuk mengungkap mengapa beberapa data awal dari Afrika Selatan dan Inggris menunjukkan bahwa varian Omicron menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.

Baca juga: Studi Sinovac dan Sinopharm Lemah terhadap Omicron, Haruskah Segera Mendapat Booster Vaksin?

Studi pra-cetak di Cambridge Institute for Therapeutic Immunology and Infectious Diseases yang telah dikirimkan ke jurnal bioRxiv pada Selasa (21/12/2021) lalu menjelaskan, bahwa varian virus baru tersebut dapat menghindari sebagian besar antibodi yang dihasilkan dari vaksin Covid-19.

Selain itu, riset ini juga menunjukkan vaksin booster Pfizer secara signifikan dapat meningkatkan antibodi bagi orang yang divaksinasi.

"Kami masih mengharapkan penurunan kekebalan terjadi secara perlahan," ujar penulis studi, Ravindra Gupta seperti dilansir dar Live Science, Sabtu (25/12/2021).

Meski penelitian ini belum ditinjau oleh rekan sejawat atau diterbitkan dalam jurnal ilmiah, Gupta mengatakan temuan tersebut mengisyaratkan dua hal.

Pertama, mutasi virus menjadi lebih baik dalam menghindari sistem imun. Kemungkinan kedua yaitu mutasi ini menyebabkan virus telah kehilangan beberapa kemampuan untuk menyebabkan keparahan penyakit.

Kendati demikian, para peneliti masih perlu memastikan bahwa temuan yang didapat di laboratorium ini sesuai dengan kondisi pada manusia, serta apakah mutasi Omicron benar-benar memengaruhi tingkat keparahan infeksi.

Sementara itu, data dari Afrika Selatan, Inggris serta negara-negara lain menunjukkan bahwa infeksi varian Omicron mungkin tidak lebih parah, tetapi tingkat imunitas dari infeksi alami dan vaksinasi membuat hasil riset tersebut sulit untuk ditafsirkan.

Baca juga: Studi Vaksin Sinovac dan Sinopharm Lemah terhadap Omicron, Apa Dampaknya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com