Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak, Ini Orang yang Bisa Dapatkan Pil Covid-19 Paxlovid

Kompas.com - 24/12/2021, 10:01 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk obat Covid-19 buatan Pfizer, Paxlovid.

Terdapat dua obat yang dikemas bersama untuk penggunaan oral, yaitu tablet nirmatrelvir dan tablet ritonavir.

Pemberian izin darurat obat oral Paxlovid menjadi kabar baik dalam upaya memerangi pandemi yang telah berlangsung selama dua tahun ini.

Baca juga: Paxlovid, Pil Covid-19 Pfizer Kantongi Izin Penggunaan Darurat FDA

Lantas, siapa yang bisa mendapatkan obat Paxlovid?

Melansir laman resmi FDA, obat Paxlovid digunakan untuk pengobatan penyakit corona ringan hingga sedang pada pasien dewasa dan anak-anak berusia 12 tahun atau lebih.

Orang yang menerima obat ini harus mempunyai berat badan setidaknya 40 kilogram atau 88 pon, dengan hasil positif tes SARS-CoV-2 langsung dan berisiko tinggi mengembangkan penyakit menjadi parah, termasuk rawat inap atau kematian.

Telah ditegaskan bahwa obat hanya tersedia dengan resep dokter dan harus dimulai sesegera mungkin setelah didiagnosis Covid-19 dan dalam waktu lima hari setelah timbulnya gejala.

“Otorisasi hari ini memperkenalkan pengobatan pertama untuk Covid-19 dalam bentuk pil yang diminum secara oral. Sebuah langkah maju yang besar dalam memerangi pandemi global ini,” ujar Direktur Pusat Obat FDA Patrizia Cavazzoni.

“Otorisasi ini menyediakan alat baru untuk memerangi Covid-19 pada saat yang genting dalam pandemi saat varian baru muncul dan menjanjikan untuk membuat pengobatan antivirus lebih mudah diakses oleh pasien yang berisiko tinggi untuk berkembang menjadi Covid-19 yang parah,” lanjut dia.

Baca juga: Studi: Pandemi Covid-19 Pengaruhi Kondisi Ibu Hamil dan Janin

Dosis pemberian Paxlovid

Paxlovid terdiri dari nirmatrelvir dan ritonavir. Nirmatrelvir berfungsi menghambat protein SARS-CoV-2 untuk menghentikan replika viru, sedangkan ritonavir akan memperlambat pemecahan nirmatrelvir agar tetap berada di dalam tubuh untuk waktu yang lebih lama pada konsentrasi yang lebih tinggi.

Paxlovid diberikan tiga tablet, yakni dua tablet nirmatrelvir dan satu tablet ritonavir, diminum bersamaan dua kali sehari selama lima hari, dengan total 30 tablet.

Ditegaskan, obat ini tidak diizinkan untuk digunakan lebih dari lima hari berturut-turut.

Terkait dengan efek samping pemberian Paxlovid, kemungkinan yang dapat muncul meliputi gangguan indera perasa, diare, tekanan darah tinggi, dan nyeri otot.

Baca juga: Mengenal Pil Antivirus Paxlovid Buatan Pfizer yang Diklaim Hampir 90 Persen Efektif Lawan Covid-19

Kondisi yang tidak diizinkan

Adapun Paxlovid tidak diizinkan untuk pencegahan pra-pajanan atau pasca-pajanan Covid-19, dan juga tidak diperbolehkan untuk memulai pengobatan pada penderita yang memerlukan rawat inap karena Covid-19 yang parah atau kritis.

Penggunaan Paxlovid bersamaan dengan obat-obat tertentu lainnya dapat mengakibatkan interaksi obat yang berpotensi signifikan.

Paxlovid yang digunakan pada orang dengan infeksi HIV-1 yang tidak terkontrol atau tidak terdiagnosis, dapat menyebabkan resistensi obat HIV-1.

Sementara ritonavir dapat menyebabkan kerusakan hati, sehingga harus berhati-hati saat memberikan Paxlovid kepada pasien dengan penyakit hati yang sudah ada sebelumnya, kelainan enzim hati, atau peradangan hati.

Dikarenakan Paxlovid bekerja, sebagian, dengan menghambat sekelompok enzim yang memecah obat tertentu, Paxlovid dikontraindikasikan dengan obat-obatan tertentu yang sangat bergantung pada enzim tersebut untuk metabolisme dan yang menyebabkan peningkatan konsentrasi obat-obatan tertentu yang berhubungan dengan serius dan/atau kehidupan.

Baca juga: Kondisi Anak Usia 6-11 Tahun yang Boleh dan Tidak Boleh Vaksin Covid-19

Reaksi mengancam Paxlovid juga dikontraindikasikan dengan obat-obatan yang sebaliknya sangat menginduksi enzim yang sama, mengarah pada pemecahan nirmatrelvir atau ritonavir yang lebih cepat, karena penurunan konsentrasi nirmatrelvir atau ritonavir dapat dikaitkan dengan potensi kehilangan tanggapan virologi dan mengembangkan resistensi virus.

Paxlovid tidak dapat dimulai segera setelah penghentian obat tersebut karena efek obat akan tetap ada setelah penghentian.

Obat ini juga tidak dianjurkan pada pasien dengan ginjal berat atau gangguan hati yang parah. Sedangkan pada pasien dengan gangguan ginjal sedang, dosis Paxlovid yang dikurangi diperlukan.

Pasien dengan masalah ginjal atau hati harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mengenai obat Paxlovid apakah tepat untuk mereka.

Untuk daftar lengkap obat yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan Paxlovid dapat diakses di sini.

Baca juga: 6 Cara Melindungi Diri dari Covid-19 Selama Liburan Menurut WHO

Dasar pemberian EUA

Dituliskan, data utama yang mendukung EUA untuk Paxlovid berasal dari EPIC-HR, uji klinis acak, double-blind, dan terkontrol plasebo yang mempelajari Paxlovid untuk pengobatan orang dewasa bergejala yang tidak dirawat di rumah sakit dengan diagnosis laboratorium yang dikonfirmasi dari infeksi corona.

Pasien-pasien tersebut merupakan orang dewasa berusia 18 tahun ke atas dengan faktor risiko yang telah ditentukan sebelumnya untuk berkembang menjadi penyakit parah atau berusia 60 tahun ke atas terlepas dari kondisi medis kronis yang telah ditentukan sebelumnya.

Seluruh pasien dalam penelitian belum menerima vaksin Covid-19 dan belum pernah terinfeksi corona.

Hasil utama yang diukur dalam uji coba adalah proporsi orang yang dirawat di rumah sakit karena corona atau meninggal disebabkan oleh apa pun selama 28 hari masa tindak lanjut.

Baca juga: FDA Keluarkan Izin Darurat Obat AZD7442 dari AstraZeneca untuk Pencegahan Covid-19

Paxlovid secara signifikan mengurangi proporsi orang dengan rawat inap terkait Covid-19 atau kematian oleh sebab apa pun sebesar 88 persen, dibandingkan dengan plasebo di antara pasien yang dirawat dalam waktu lima hari sejak timbulnya gejala dan yang tidak menerima pengobatan antibodi monoklonal terapeutik Covid-19.

Dalam analisis tersebut, sebanyak 1.039 pasien telah menerima Paxlovid dan 1.046 pasien telah menerima plasebo. Di antara pasien ini, sebesar 0,8 persen yang menerima Paxlovid dirawat di rumah sakit atau meninggal selama 28 hari masa tindak lanjut, dibandingkan dengan 6 persen yang menerima plasebo.

Sementara itu, keamanan dan efektivitas Paxlovid untuk pengobatan corona terus dievaluasi.

Perlu diketahui, Paxlovid bukan pengganti vaksinasi pada orang yang direkomendasikan untuk vaksinasi dan dosis booster. Sehingga, masyarakat yang memenuhi syarat untuk vaksinasi dan dosis booster, agar segera melakukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com